Pangandaran,myPangandaran.com-Jumlah pencari kayu bakar di kawasan hutan jati Emplak Kecamatan
Kalipucang meningkat. Pantauan kami, kemarin, belasan warga yang
didominasi kaum perempuan berburu ranting dan dahan pohon yang sudah
patah di hutan jati yang dikelola Perum Perhutani itu. Para pencari
kayu bakar tersebut datang dari berbagai daerah seperti Pangandaran,
Kalipucang. Ada beberapa warga datang dari Jawa Tengah seperti
Karangpucung dan Sidareja.
Mereka mencari kayu bakar mulai pagi
hingga siang hari. Dengan membawa golok, kain samping dan perbekalan
makanan, perempuan-perempuan tangguh tersebut naik turun bukit mencari
ranting dan dahan pohon yang sudah mengering.Meskipun dihantui
ketakutan bertemu binatang hutan seperti babi dan ular, mereka mengaku
tidak punya pilihan lain. “Habis mau gimana lagi, kompor pembagian dari
pemerintah baru dua bulan saja sudah rusak, mau beli nggak punya uang,”
tutur Sarti warga Bojong Karekes Desa Babakan Kecamatan Pangandaran.
Sejak
kompor gas miliknya rusak, ia memilih beralih menggunakan kayu bakar
seperti yang dilakukannya sejak dulu. Menurutnya, kualitas kompor gas
yang diberikan pemerintah kurang baik sehingga cepat rusak. Sukinah
(61), warga lainnya, mengaku kembali beralih memasak dengan kayu bakar
karena tidak bisa menggunakan kompor gas. Kompor gas takut meledak
seperti yang banyak diberitakan di televisi. Ia juga tak sanggup
membeli tabung gas yang dirasa lebih mahal dibanding saat menggunakan
minyak tanah sebelum konversi. “Sieun meledak lah, mending ku hawu we,
jaba harga gasna oge mahal,” ungkapnya.
Ia berharap pemerintah
kembali menyediakan minyak tanah dengan harga yang terjangkau. Menurut
mereka, memasak menggunakan minyak tanah dirasa lebih aman dibanding
memasak menggunakan kompor gas. Selain digunakan untuk memasak
kebutuhan rumah tangga, kayu bakar yang didapat warga juga digunakan
untuk mengolah gula. “Suami saya setiap hari nyadap (mengambil nira,
red). Jadi, saya yang cari kayu bakar,” tutur Esih (39), warga Desa
Emplak Kecamatan Kalipucang.
Dikatakannya, pencari kayu bakar saat
ini jumlahnya terus bertambah bahkan bisa mencapai puluhan orang.
Bahkan, kata dia, banyak diantaranya datang dari wilayah Jawa Tengah
seperti Karang Pucung dan Sidereja. Warga pencari kayu bakar
mengemukakan setiap hari mereka bisa mendapatkan tiga hingga lima ikat
kayu bakar setiap. Satu ikat rata-rata berbobot sekitar 25 hingga 30
kilogram (RadarTasikmalaya)