Parigi, myPangandaran.com - Isu yang membuat warga Ciamis selatan, Kab. Ciamis ketakutan, merebak sepanjang hari Minggu (4/7) kemarin. Isu itu menyebutkan di Parigi, Ciamis selatan ada orang yang sengaja menculik orang untuk diambil organ tubuhnya.
Berita yang belum terbukti kebenarannya tersebut beredar dari mulut ke mulut dan menyebar di kalangan warga disana. Sebuah pesan singkat dari warga setempat pun masuk ke nomor ponsel kami, Minggu pagi.Akan tetapi, ketika dikonfirmasi kepada Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Ciamia, AKP Agus Gustiaman, yang bersangkutan membantah. "Tidak ada, Kang," katanya.
Isu menyebutkan bahwa di Dusun Cidukuh, Desa Selasari, Kec. Parigi, Ciamis, ada korban seorang tukang “nderes” gula kelapa yang dicongkel matanya oleh pelaku penculikkan.Di sekitar tubuh korban, terdapat uang sebesar Rp 2 juta yang diperkirakan disimpan oleh sang penculik untuk pemulasaraan jenazah korban. Korban saat ditemukan warga setempat masih mengucurkan darah segar.
Warga Rt 06/13, Dusun Cidukuh, Desa Selasari, Kec. Parigi, Arsum (45) membenarkan soal merebaknya isu tersebut. Warga setempat, kata dia, bahkan sempat melakukan pengejaran terhadap pelaku yang diduga berada di wilayahnya.
“Awal merebaknya isu penculikan, karena ada berita yang menyatakan bahwa pada Sabtu malam (2/7) sebuah kendaraan roda empat menurunkan 4 orang penculik di daerah kami. Karena termakan isu, ratusan warga Selasari memburu pelaku ke daerah-daerah yang dicurigai menjadi persembunyian penculik,” kata Arsum yang mengaku turut mencari penculik itu.
Warga Ds. Selasari lainnya, Jumli (50) menambahkan bahwa lokasi-lokasi yang menjadi sasaran pencarian di antaranya Gunung Cablak, Gunung Nyalindung, dan Gunung Kalimanggis. Bahkan, warga dari desa yang bersebelahan dengan Ds. Selasari (Ds. Bangunsari, Kec. Langkaplancar) turut serta melakukan perburuan ke daerah Selasari.
AKP Agus Gustiaman, Kapolsek Parigi AKP Musa Tampubolon pun saat dihubungi mengatakan hal itu masih bersifat isu belaka. Ia mengatakan, kuat dugaan, isyu tersebut sengaja disebarkan kalangan tertentu untuk menciptakan situasi tidak kondusif.