 
        Pangandaran,myPangandaran.com-Alat pendeteksi Tsunami Early Warning System (EWS) di kawasan Pantai 
Pasir Putih Cagar Alam Pangandaran tidak berfungsi. Kondisi ini terjadi 
sejak pasca tsunami 2006 lalu.  Sebagian komponen peralatanan bantuan
dari Prof Dr Budhisantoso, salah seorang anggota Dewan Pertimbangan
Presiden Bidang Sosial Budaya itu hilang dicuri dan dirusak monyet di 
kawasan cagar alam.
Menurut Ketua Balawista Dodo Taryana, peralatan 
EWS dipasang Juli 2008 lalu di kawasan Pasir Putih Pantai Barat 
Pangandaran. Sementara alat pemantauan EWS seperti kamera CCTV, monitor,
sirine dan alat kontrol EWS disimpan di kantor Badan penyelamat Wisata 
Tirta (Balawista). Namun, kata dia, peralatan tersebut hanya beroperasi 
selama satu minggu saja. “Selesai dipasang, beberapa hari sudah tidak 
berfungsi lagi. Ketika kami cek ternyata kabel penghubung antara alat 
kontrol dengan komponen yang ditanam di laut, dicuri. Kabel yang putus 
kami sempat perbaiki, namun selang beberapa hari putus lagi digigit 
monyet,” tuturnya.
Dia mengaku, bingung untuk memperbaiki peralatatan
EWS. Selain tidak diberikan arahan  jika terjadi kerusakan, Balawista 
juga tidak diberikan tanggung jawab terhadap pemeliharaan dan perbaikan 
peralatan pendeteksi Tsunami dini itu. “Kami hanya diberitahu sistem 
operasional alat ini. Sementara kalau ada kerusakan kami harus 
menghubungi siapa atau bagaimana pemeliharaannya kami tidak diberitahu 
sama sekali,” tuturnya.
Menurut Dodo, sistem kerja EWS tidak efektif.
Alat tersebut bekerja mendeteksi surut terendah. Jika terjadi sinyal 
mencurigakan perlatan tersebut akan mengirimkan sinyal ke alat kontrol 
yang dipasang di kantor Balawista sehingga peralatan tersebut memerlukan
petugas yang berjaga selama 24 jam. “Alat itu hanya menyampaikan sinyal
saja jika surut melebihi ambang batas, itupun kita tidak bisa 
memprediksikan bahwa itu berpotensi tsunami, kita harus menghubungi BMG 
dulu, baru setelah ada intruksi secara manual kita menekan tombol 
sirine, menurut saya itu sangat memakan waktu lama, kalau kita tidak 
menghubungi BMG kita tidak tahu potensi tsunami atau tidak, nanti kita 
malah jadi sasaran kemarahan warga,” tuturnya.
Selain itu, kata dia, 
dibutuhkannya petugas jaga selama 24 jam. Sementara anggaran biaya untuk
petugas jaga tidak ada. Bahkan saat peralatan rusak pun tidak ada pihak
yang mau  bertanggungjawab memperbaikinya. “Dulu waktu rusak kami sudah
laporkan ke Pemkab Ciamis tapi tidak ada tindak lanjut, sekarang ya 
jadi pajangan aja, kami juga bingung harus bagaimana,” tuturnya.
Dikatakannya,
EWS sangat dibutuhkan di Pangandaran. Namun ia berharap peralatan EWS 
yang dipasang memiliki teknologi yang baik sehingga sistem 
operasionalnya lebih mudah dan peralatan tidak mudah rusak atau dicuri.  Menurut
Dodo, peralatan EWS yang ada saat ini sangat sederhana. Alat yang 
dipasang di laut menggunakan tenaga listrik yang disambungkan melalui 
kabel melalui jalur udara kemudian ditanam saat melewati kawasan patai, 
sehingga mudah rusak, dicuri bahkan dirusak binatang. (RadarTasikmalaya)
