Pangandaran, myPangandaran.com - Dibandingkan dengan kecamatan lain, kondisi infrastruktur jalan di wilayah Kecamatan Langkaplancar daerah otonom baru (DOB) Kabupaten Pangandaran adalah yang paling memperihatinkan. Hancurnya jalan mengakibatkan roda perekonomian masyarakat sekitar menjadi terganggu.
Berbagai upaya untuk menarik perhatian pemerintah Kabupaten Ciamis agar segera membenahi infrastruktur jalan tersebut berulang kali disampaikan, baik melalui forum resmi maupun demonstrasi atau unjuk rasa.
Akibat seringnya demo, dibandingkan dengan warga kecamatan lain, tampaknya perwakilan penduduk Kecamatan Langkaplancar yang paling sering menggelar aksi di halaman Pedopo Kabupaten maupun DPRD Ciamis.
Ketika memperjuangkan aspirasinya warga yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Peduli Langkaplancar (Ampel) yang dipelopori Herry Syarif serta Kunkun Herawanto banyak adu argumen dengan pejabat.
Saat dengar pendapat dengan wakil rakyat, mereka berupaya maksimal meyakinkan wakil rakyat maupun Pemda Ciamis, menyangkut hancurnya infrastruktur jalan yang sudah berlangsung bertahun-tahun.
Hancurnya jalan tidak hanya berdampak langsung pada sistem transportasi,akan tetapi juga memberi andil adanya desa tertinggal di wilayah tersebut.
Dibandingkan desa lainnya, badan jalan yang paling hancur justriu terdapat di Desa/Kecamatan Langkaplancar. Daerah lain yang tidak kalah parahnya terdapat di Desa Jadikarya, Jadimulya, Bojong, Cigintung, Karang Kamiri dan Bulak.
Di Desa jadimulya yang merupakan desa yang merupakan pintu masuk Kecamatan Langkaplancar dari wilayah Kecamatan Parigi, warga mengalami kesulitan untuk menemukan bagian jalan yang bagus.
Saat ini, di salah satu ruas jalan Desa Jadikarya terdapat badan jalan yang kondisinya mengkhawatirkan tertimbun longsor susulan.
Hal itu disebabkan karena tebing bukit yang sebelumnya longsor, masih terus bergerak hingga beberapa bagian runtuh menutup jalan. Runtuhnya bukit sepanjang seratus meter dengan ketinggian hingga delapan meter menjadikan jalur tersebut menjadi terputus total selama tiga hari.
"Sekarang saja tebing bukit masih bergerak, beberapa bagian cadas menutup badan jalan. Ketika pertama kali runtuhan tebing menutup jalan, sehingga praktis selama tiga hari tidak bisa dilewati kendaraan. Kami gotong royong mencoba membuka akses untuk pejalan kaki dan sepedamotor. Akhirnya datang bantuan alat berat dari Pemkab. Ciamis, yang saat ini masih disiagakan disekitar lokasi longsor," ungkap salah seorang tokoh masyarakat Langkaplancar, Ending, Selasa (17/4).
Dia mengungkapkan ancaan longsor susulan mengancam tiga rumah milik warga yakni Miarso, Aad dan Ending serta sebuah lokasi penggergajian kayu. keempat bangunan tersbeut terletak persis di depan reruntuhan bukit.
"Yang kami khawatirkan adalah jika turun hujan lebat atau hijan gerimis akan tetapi dengan durasi lama, karena potensi longsornya masih sangat besar," tuturnya.
Ending yang didampingi Dede menambahkan saat ini sekitar 90 persen jalan di wilayah Langkaplancar hancur. hancurnya badan jalan salah satunya disebaban karena tidak adanya pemeliharaan rutin.
Padahal, ia menambahkan, pada saat dialkukan pembuatan jalan, dijanjjikan setiap tahun bakal ada pemeliharaan rutin. "Akan tetapi kenyataan sejak pembangunan selesai hingga saat ini, sudah hampir depalatn tahun tidak pernah sekali pun dipelihara, apalagi diperbaiki. Jadi tidak aneh ketika melihat badan jalan yang sebelumnya beraspal, sekarang sudah berubah menjadi jalan berbatu dan jalan tanah," tambahnya.
Keduanya juga mengaku warga malas untuk datang atau mengurus surat ke ibukota kecamatan Langkaplancar. Alasannya karena untuk mencapai lokasi tersbeut setidaknya butuh waktu tempuh selama dua jam. padahal ketika jalan masih bagus, jarak jadikarya menuju kantor kecamatan Langkaplancar hanya 45 menit.
"Kalau hendak ke kecamatan, subhanallah, jalannya sangat hancur, Jadi malas. Tidak haya itu saja kami juga sudah capai menunggu perbaikan jalan yang merupakan satu-satunya urat nadi perekonomian warga," kata Ending.
Sementara itu Dede menambahkan, yang saat ini masyarkat menunut perbaikan akses jalan. Akibat hancurnya jalan, mengakibatkan roda perekonimian warga Langkaplancar menjadi tersendat.
"Gara-gara jalan butut, banyak urusan penting terbengkalai. Apabila tidak segera diperbaiki, tidak menutup kemungkinan kami juga akan kembali menagih janjji kepada pemerintah, yang sebelumnya sudah menyatakan hendak segera diperbaiki," tuturnya.
Terpisah tokoh lainnya Parman juga mengaku prihatin dengan hancurnya seluruh akses jalan di wilayah Langkaplancar. Kondisi yang sudah bertahun-tahun, hngga saat ini tidak ada kejelasan kapal bakal diperbaiki.
"Dibandingkan kecamatan lain, infrastuktur jalan di Kecamatan Langkaplancar paling hancur. Sekarang ini lebih sulit mencari jalan yang bagus. Paling tidak sedikitnya 90 persen jalan di wilayah ini sudah hancur. Warga juga sudah bosan dengan janjji," ujarnya
Sementara itu sebelumnya. Kepala Dinas Bina Marga CIamis Deden Wahidin mengatakan bahwa di untuk wilayah Kecamatan Langkaplancar terdapat 13 ruas jalan yang bakal diperaiki.
Diperkirakan perbaikan jalan yang anggarannya bersumber dari APBD 2012 perubahan dan APBD 2013 murni, mencapai Rp 400 miliar. Akibat keterbatasan anggaran, maka perbaikan dilakukan secara bertahap.
"Sebenarnya semua juga mendapatkan perhatian sama, karena semua akses jalan juga sangat penting dan dibutuhkan masyarakat. hanya saja karena terbatasnya anggaran, maka harus ada skala prioritas. Nati pada gilirannya semua yang rusak juga diperbaiki," tuturnya. Sumber PikiranRakyat