Cijulang, myPangandaran.com - Kawasan Pantai Batukaras, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Ciamis, dilengkapi dengan piranti sistem peringatan dini (early warning system, EWS) Tsunami. Peralatan tersebut merupakan batuan dari lembaga non profit Badan Kerjasama Internasional Jerman (GIZ).
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cianis Odang R Widaja mengatakan bantuan tersebut sangat membantu masyarakat, terutama saat terjadi gempa. Dari alat tersebut dapat dipancarkan infornasi tentang gempa yang terjadi, seperti ada atau tidaknya potensi tsunami. Selain itu juga dapat dimanfaatkan untuk kegiata lain yang terkait dengan kesiap-siagaan masyarakat dalam menghadapi terjadinya gempa.
"Peralatan itu tidak hanya difungsikan saat terjadi genpa saja, akan tetapi dapat dipergunakan untuk meningkatkan kesiagaan masyarakat. Seperti saat simulasi penanganan saat gempa maupun tsunami. Kami sangat berterimakasih dengan adanya bantuan tersebut," tuturnya, Minggu (1/5).
Dia mengatakan, piranti tersebut masih dioperasikan secara manual, dalam arti hanya sebatas menyebarkan informasi setelah ada keputusan resmi dari instansi resmi tentang gempa berikut ada tidaknya ancaman gelombang pasang tsunami. Keputusan ada tidaknya tusnami, masih tetap berada di tangan BMKG (Badab Meteorologi Klinatologi dan Geofisika).
"Sebelun ada keputusan, tentu harus berdasarkan pada hasil kajian. Setelah ada pengumuman resmi ada atau tidak adanya potensi tsunami, langsung disebarluaskan melalui alat tersebut. Dengab demikian masyarakat tidak dibuat cemas, sebab masyarakat tidak boleh panik atau harus tenang," ujar Odang.
Untuk melengkapi sistem peringatan dini tersebut, pihaknya masih harus melengkapi ruangan untuk operator atau petugas. Saat ini ruangan untuk operator masih dalam tahap perencanaan. Setelah semuanya lengkap, EWS dapat dioperasikan. "Kami berupaya secepatnya untuk melengkapinya. Setelah piranti penting berupa semacam alat pelantang suara, nantinya akan dilengkapi dengan peralatan standar lainnya," katanya.
Sementara itu, Advisor GIZ Wilayah Jawa, Benny Usdianto mengatakan bahwa peralatan tersebut merupakan salah satu percontohan, dengan demikian tidak menutup kemungkinan adanya pemasangan alat serupa di daerah lain. Penempatan peralatan sistem peringatab dini tersebut, pihaknya meminta masukkan dan saran dari instansi terkait seperti BPBD, SAR, Bappeda dan lainnya. Dengan demikian penempatannya pada lokasi yang tepat.
"Mudah-mudahan Mei mendatang sudah bisa difungsikan. Alat tersebut nantinya dihubungkan pada ruang pusat pengendali yang disediakan BPBD. Alat tersebut tidak otomatis langsung berbunyi, tetapi tetap harus ada operatornya, setelah ada kesinpulan dari pihak yang berwenang, alat tersebut baru menyebarkan informasi kepada masyarakat," tuturnya.
Saat ini di Ciamis baru ada satu EWS yang dipasang di Pangandaran. Hanya saja alat tersebut sudah sekitar setahun ini rusak. Sensor gelombang yang dipasang di tepi pantai cagar alam Pngandaran terlihat masih terpasang di tempatnya. Hanya saja tidak bisa lag mengirimkan data tentang keadaan gelombang. Salah satunya karena kabel yang menghubungkan antara alat tersebut dengan pusat pengendali di Kantor Badan Penyelamat Wisata Tirta (Balawista) Pangandaran sudah hancur dan hilang. Peralatan yang dipasang di pusat kontrol juga rusak, sementara tidak ada yang bisa memperbaiki.
Ketua Balawista Pangandaran Dodo Taryana mengatakan, selain tidak memiliki kenanpuan memperbaiki, untuk mengoperasikannya membutuhkan biaya besar. Sebab teknologi alat tersebut masih manual, sehingga harus dijaga 24 jam. "Kami tidak lagi memiliki anggaran untuk operasional, khususnya untuk petugas yang menjaga," ujarnya (Sumber PikiranRakyat)