Dampak Perubahan Musim Bagi Warga yang Bermata Pencaharian di sekitar Pantai Barat Pangandaran


Dampak Perubahan Musim Bagi Warga yang Bermata Pencaharian di sekitar Pantai Barat Pangandaran

Perubahan musim merupakan fenomena alam yang tak dapat terelakkan dan akan terus berlangsung seiring berjalannya waktu. Adanya perubahan musim ini tentu saja memiliki dampak yang signifikan terhadap sektor ekonomi, terutama bagi masyarakat yang hidup di wilayah pesisir dengan menggantungkan hidupnya sebagai nelayan, penyedia jasa kapal pesiar atau bahkan pedagang dipinggiran pantai.

Adanya perubahan musim ini tentu saja menimbulkan kekhawatiran bagi para masyarakat, terlebih bagi penyedia jasa kapal pesiar. Bagaimana tidak, curah hujan yang tak dapat diprediksi mengakibatkan mereka terkadang harus berhenti beroperasi demi keselamatan dirinya serta para penumpang. Hal tersebut tentunya mengakibatkan menurunnya pendapatan yang mereka hasilkan.

Dengan adanya perubahan musim yang terjadi, apakah pendapatan yang mereka hasilkan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.?
Yadi seorang penyedia jasa kapal pesiar beranggapan bahwa ombak di Pantai Barat Pangandaran tergolong tenang dan aman.

“Kalau disini ombaknya tuh terbilang kecil jadi aman buat nyeberang ke Pantai Pasir Putih,” ujarnya. Sebagai penyedia jasa kapal pesiar, tentunya ia paham betul mengenai ombak yang ada di Pantai Barat tersebut. Apabila gelombang laut dirasa tinggi, tentu saja ia akan berhenti beroperasi
.
Dengan tarif Rp25 ribu perorang, Yadi biasanya dapat beroperasi sebanyak lima hingga enam kali dalam sehari, itupun juga tergantung dengan kondisi gelombang laut serta banyaknya pengunjung yang akan menggunakan jasanya untuk menyeberang menuju Pantai Pasir Putih.

Yadi biasanya mulai beroperasi mulai pukul 06.00 hingga 18.00. Namun apabila cuaca tidak menentu, ia terpaksa untuk tidak beroperasi. Selain dikarenakan cuaca, tentu saja ia tidak mau membahayakan dirinya sendiri  dan tentunya para penumpang.

Adanya perubahan musim ini tentu saja semakin membuat Yadi jarang beroperasi untuk menyeberangkan penumpang. Namun sayangnya, ia juga tidak memiliki pekerjaan sampingan yang lain. Baginya, laut seolah-olah telah menjadi satu-satunya tempat untuknya mencari nafkah.

Hal serupa juga dirasakann oleh penyedia jasa kapal pesiar lainnya. Wisman, yang telah berprofesi sebagai penyedia jasa kapal pesiar sejak 2004.
“Sebenarnya perubahan musim ini tuh ga terlalu berpengaruh ke gelombang laut, kecuali kalau lagi pancaroba. Tinggi atau engga nya gelombang laut tuh sebenernya bisa dari anginnya. Jadi kalau mau beroperasi pada waktu hujan pun ya ga kenapa-napa sih,” ujarnya.

Laut dengan cuacanya
Dengan pengalaman yang ia miliki selama 19 tahun sebagai penyedia jasa kapal pesiar, tak dapat dielak lagi sepaham apa Wisman mengenai kondisi laut, terutama gelombangnya. Wisman bisa saja membawa penumpang untuk menyeberang menuju Pantai Pasir Putih meskipun hujan sedang melanda. Cuaca tak menentu yang terkadang melanda justru menjadi sebuah ‘momok’ bagi para pengunjung yang ingin menggunakan jasanya untuk menyeberang menuju Pantai Pasir Putih. Namun apa daya, Wisman tak dapat memaksa para pengunjung untuk tetap menggunakan jasa kapal pesiarnya.

Penghasilan yang Wisman dapat sebenarnya tidak terlalu dipengaruhi oleh adanya perubahan musim, namun dilihat dari berapa banyak penumpang yang ia antarkan. Biasanya, Wisman dapat mengantarkan penumpang sebanyak lima hingga enam kali dalam sehari. Tentu juga adakalanya Wisman harus berhenti beroperasi, yang mungkin saja dikarenakan cuaca buruk sehingga mempengaruhi gelombang laut atau bahkan disebabkan tidak adanya penumpang yang ia antarkan. Namun untungnya, pemilik dari kapal pesiar tersebut memberikan makanan kepada seluruh pekerja yang mengendarai kapal pesiar.
Warga Bermata Pencaharian Lain di sekitar Pantai yang Turut menjadi “Korban” Perubahan Cuaca.

Rudi (45) yang telah berprofesi sebagai nelayan selama lima belas tahun turut merasakan dampak dari adanya perubahan musim ini. Kondisi cuaca yang tidak menentu, angin besar dan gelombang laut pasang kerap menjadi tantangan sehari-hari yang harus dihadapi olehnya serta para nelayan yang lain. Namun seiring dengan perkembangan teknologi yang ada telah membantu Rudi untuk memprediksi atau memeriksa kondisi cuaca sebelum menuju ke Pantai untuk menangkap ikan.

“Ada sekarang mah kan di aplikasi, kadang kalau lagi mau nge cek ya di cek dulu, sekarang kan udah gampang bisa nge cek lewat apa aja,” ujar Rudi. Hal tersebut ia lakukan untuk meminimalisir resiko yang mungkin terjadi. Meskipun terdapat aplikasi pemantauan cuaca, namun tetap saja perubahannya tidak selalu bisa untuk di prediksi.

Rudi mengungkapkan, cuaca yang tidak menentu terutama saat hujan dapat mengurangi hasil tangkapannya, “kalau hujan dapetnya sedikit, soalnya lumayan susah tapi kadang ga nentu, tapi sekarang susah karena lagi hujan terus,” ujarnya.

Cuaca yang tak menentu akhir-akhir ini menyebabkan terjadinya gelombang laut yang tinggi, sehingga membuat para nelayan kesulitan. Terlebih wilayah cakupan mereka menangkap ikan lebih ke tengah laut ketimbang para penyedia jasa kapal pesiar.

Atin (42) salah seorang pedagang di pinggiran pantai juga turut terkena dampak dengan adanya perubahan musim serta cuaca tak menentu yang terjadi. Sebagai seorang pedagang, ia hanya mengandalkan jualannya seperti minuman instan dan mie instan sebagai mata pencaharian utamanya. Dengan lapak yang beratapkan payung tentu saja tak menjamin keamanan dari dagangannya apabila hujan melanda. Belum lagi kalau paying yang ia gunakan ternyata robek, yang berakibat dagangannya menjadi basah. Tak hanya dagangan saja, dirinya sendiri pun tentu akan basah kuyup karena guyuran hujan. Apalagi kurangnya fasilitas seperti gubug sebagai tempat berteduh bagi para pedagang atau pun pengunjung.

Atin sebenarnya tidak terlalu mempermasalahkan gelombang laut pasang yang mungkin bisa terjadi kapan saja, “gelombang disini tuh paling besar ya paling sampe depan meja ini neng, jadi ya alhamdulillah walaupun lagi gelombang tinggi ga yang sampe ke jalan gitu,” ujarnya.

Meskipun begitu, perubahan musim serta cuaca tak menentu sudah tentu akan berdampak pada penghasilan yang ia peroleh.

“Saya kalaupun hujan juga tetep jualan neng, kecuali kalau hujannnya yang dari pagi ga berhenti-berhenti, itu baru saya tutup lapak. Tapi kalau pas berangkat mau jualan, eh pas nyampe ujan ya saya tetep jualan. Ya jualin ke nelayan-nelayannya, mereka kan kalau istirahat suka kesini makan gitu,” ujarnya.

Dengan tetap berjualan ditengah hujan yang melanda sebenarnya juga tidak menambah penghasilan dari dagangannya, ditambah lagi dengan makin sepinya pengunjung yang datang karena hujan. Mengandalkan tambahan dari nelayan yang makan di lapaknya juga tidak bisa, karena cuaca tak menentu yang terjadi membuat para nelayan berhenti beroperasi untuk sementara waktu. Sehingga menyebabkan nelayan-nelayan tersebut berhutang dilapaknya.

Perubahan musim yang terjadi sebenarnya memiliki dampak tersendiri bagi warga di pesisir pantai. Ada yang tak mempermasalahkan cuaca yang terjadi, ada juga yang mendapat dampak paling signifikan, bahkan ada juga yang mendapat dampak secara tidak langsung.







Anda mempunyai konten untuk ditayangkan di myPangandaran.com dan jaringannya seperti berita, opini, kolom, artikel, berita foto, video, release Perusahaan atau informasi tempat bisnis di Pangandaran. Kirimkan tulisan anda melalui Kontribusi dari Anda
Banner Header

Berikan Komentar Via Facebook

Bisnis Lainnya
Mau booking hotel, penginapan, travel dan tour? call 0265-639380 atau klik disini