Petani Daun Pandan Laut Pangandaran, Warisan Tradisi yang Masih Bertahan
Oleh Amin Pnd | Jum'at, 14 Maret 2025 09:29 WIB | 216 Views
MYPANGANDARAN - Ditengah kemajuan teknologi yang pesat Yusup (38) pria asal Desa Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Pangandaran masih menekuni pekerjaan tradisional sebagai petani daun pandan laut.
Setiap pagi, ia berangkat ke kebun untuk mengumpulkan daun pandan dan kembali ke rumah sekitar pukul 10.00 WIB, Ia tidak menanam sendiri, melainkan membeli daun pandan dari pemilik lahan sebelum mengolahnya.
Setelah tiba di rumah, ia langsung membersihkan duri pada daun pandan, kemudian memotong dan mengeringkannya agar siap dijual. Sedangkan penjualan itu satu minggu sekali.
"Daun pandan ini akan dikirim ke luar daerah untuk dijadikan bahan kerajinan. Namun, sekarang hasil yang semakin sedikit," kata Yusup sambil membersihkan duri di daun pandan pada, Kamis 13 Maret 2025.
Saat ini kata Yusup, hanya mampu menghasilkan sekitar 8 kilogram daun pandan per hari. "Dulu harga daun pandan kering bisa sampai Rp 10 ribu per kilogram. Sekarang turun jadi Rp 5 ribu," kata Yusup.
Penurunan harga ini menjadi pukulan berat bagi petani sepertinya. Padahal, proses pengeringan daun pandan memakan waktu dan tenaga ekstra, mulai dari memanen, menjemur, hingga mengemasnya untuk dijual ke pengepul. Apalagi saat bulan suci Ramadan seperti sekarang, tenaga terasa lebih terkuras.
"Kalau puasa begini, badan lemas, tapi mau bagaimana lagi? Kami butuh penghasilan," kata Yusup.
Meski begitu, ia tetap bersyukur masih bisa bertani dan berharap harga pandan bisa kembali stabil agar para petani kecil sepertinya dapat hidup lebih sejahtera.