Pangandaran,myPangandaran.com-Warga muhammadiyah Pangandaran mengadakan sholat iedul adha hari ini seperti yang diinformasikan dari Pengurus Pusat Muhammadiyah. Sejak tadi malam sudah terdengar takbir berkumandang dari beberapa titik di Pangandaran yang didominasi warga muhammadiyah, salah satunya adalah di dusun karangsari dan karangsalam desa Pananjung.
Salahsatu masjid yang menyelenggarakan ied hari ini adalah masjid Al Furqon Karangsari, seperti beberapa tahun sebelumnya. Jika Pengurus pusat menetapkan satu tanggal baik lebih awal atapun lebih akhir dari penetapan yang dikeluarkan oleh pemerintah melalui Majelis Ulama Indonesia (MUI) maka hingga kepelosokpun akan melakukan hal yang sama.
Seperti dilansir beberapa media nasional beberapa waktu yang lalu Meskipun Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah telah
menetapkan Idul Adha 1431 Hijriyah jatuh pada Rabu 17 November 2010,
diperkirakan sejumlah umat Islam tak serentak merayakannya.
Dua organisasi Islam terbesar Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) punya hitungan berbeda dalam soal menentukan jatuhnya tanggal 10 Dzulhijjah 1413 Hijriah atau Hari Raya Idul Adha pada tahun ini.
Ketua MUI Kiai Haji Ma`ruf Amin mengatakan MUI bersama pemerintah
menetapkan Idul Adha pada 17 November 2010, berdasarkan perhitungan
hisab dan rukyat. "Ketika memutuskan tanggal 1 Dzulhijjah 1413 H, saat
29 Dzulqa’idah (6 November 2010) ternyata hilalnya di bawah dua derajat,
karena itu tak mungkin rukyat atau diistilahkan ijtimak (bulan baru).
Jadi, digenapkan 30 Dzulqa’idah. Maka Idul Adha jatuh pada 17 November,"
ujarnya di Jakarta, Senin 15 November 2010.
Dia
menambahkan, kalau pun ada yang mengaku melihat hilal (bulan sabit
pertama setelah bulan baru), mestinya bisa ditolak. Sebab, posisinya
kurang di bawah dua derajat, atau kemungkinan terjadinya rukyat. "Rukyat
itu diterima bila sesuai dengan perhitungan akal, rasa, dan kebiasaan,"
kata Ma’aruf.
Hisab adalah perhitungan secara matematis dan astronomis untuk menentukan posisi bulan dalam menentukan awal bulan pada Kalender Hijriyah. Sedangkan rukyat adalah visibilitas hilal, yakni penampakan bulan sabit yang terlihat pertama kali setelah terjadinya ijtimak (bulan baru). Rukyat dapat dilakukan dengan mata telanjang, atau memakai alat bantu optik seperti teleskop.
Jika hilal terlihat, maka pada pada petang (maghrib) waktu setempat maka saat itulah bulan (kalender) baru Hijriyah berlaku.
Perbedaan bukan soal
Meski begitu, Ma’ruf menghargai perbedaan itu dan tidak melarang perayaan Lebaran Haji 1431 H dilaksanakan pada 16 November 2010 atau 9 Dzulhijjah. Hal itu untuk meninggikan semangat persaudaraan dan mencegah terjadinya konflik antarumat.
Sebagian umat Islam, ujar Ma’ruf, kemungkinan akan merayakan Idul Adha pada 16 November 2010, yaitu Muhamadiyah. Hal itu terjadi, kata Ma’ruf, karena mereka mengaku sudah melihat wujud hilal. "Jadi, berapa pun tingginya sudah dianggap masuk,"
Mantan Ketua PP Pemuda Muhammadiyah Izzul Muslimin berpendapat,
jatuhnya perayaan Idul Adha pada 16 November 2010 sudah berdasarkan
hisab hakiki atau sudah dihitung sejak lama bersamaan awal Ramadhan dan 1
Syawal 1431 H. "Jadi, telah disiapkan sejak lama," kata dia saat
dihubungi di Jakarta, hari ini.
Dia
menambahkan, perhitungan atau hisab Muhammadiyah sudah dilakukan seperti
yang diterapkan Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA).
"Tapi kita tetap menghargai saudara kita yang merayakan Lebaran Haji
pada 17 November nanti, karena mereka berdasarkan rukyat. Jadi berbeda
pendapat boleh, yang penting saling menghargai," ujar Izzul.
Pimpinan
Wilayah (PW) Muhammadiyah Jawa Timur juga memastikan pelaksanaan Hari
Raya Idul Adha 10 Zulhijjah jatuh pada Selasa, 16 November 2010.
Terkait itu, Sekretaris PW Muhammadiyah Jatim Nadjib Hamid
menjelaskan, telah menerima maklumat dari Muhammadiyah Pusat No
05/MLM/I.0/2010. "Dalam maklumat, ditetapkan 1 Zulhijjah jatuh pada 7
November 2010 dan memastikan pelaksanaan Idul Adha jatuh pada 16
November 2010," kata Nadjib.
Menurut Nadjib, pada saat ijtimak
29 Dzulqa’idah jatuh pada Sabtu, 6 November 2010 pukul 11.53.04 WIB.
Saat itu, tinggi hilal pada saat matahari terbenam di Yogyakarta
posisinya di 01 derajat 34 menit 23 detik. Selain itu, Hilal sudah wujud
di lokasi Tanjung Kodok, Tuban, Jatim dengan ketinggian 01 derajat 27
menit, 26.11 detik.
Isi maklumat itu diteruskan ke pimpinan wilayah, daerah dan ke seluruh pimpinan cabang dan ranting Muhammadiyah se-Indonesia,
Tanggal
berbeda disampaikan Koordinator Rukyatul Hilal Pengurus Wilayah (PW) NU
Jatim, Soleh Hayat yang menyatakan Idul Adha kemungkinan jatuh pada 17
November. Ada sejumlah sebab, kata Soleh, perayaan Idul Adha jatuh pada
tanggal tersebut.
Pertama, dalam perhitungan para ahli hisab
yang menggunakan kitab-kitab yang jadi rujukan hisab. Dalam kitab
Sullamul Nayiren, dari tiga ahli hisab, ada satu yang memutuskan Idul
Adha jatuh pada 16 November karena 1 Dzulhijjah jatuh pada 7 November.
Sedangkan dua ahli hisab menetapkan awal Dzulhijjah adalah 8 November,
sehingga Idul Adha jatuh pada 17 November.
Sedangkan dalam
sistem Muwakhib, awal bulan Dzulhijjah juga dijelaskan jatuh pada 7
November. Hal yang sama juga terjadi pada sistem modern. Sementara itu,
dalam kitab empiris hisab rukyah, dari perhitungan tujuh ahli rukyah,
tiga ahli menyatakan 1 Dzulhijjah jatuh pada 7 November, sementara
sisanya pada 8 November.
Selain itu, pada 8 November ketinggian
hilal berada antara 1-2,3 derajat. "Itu termasuk masih kecil, karena
standar imkanur rukyah (ambang batas sempurnanya hilal) minimal dua
derajat ke atas," ujar Soleh.
Anggota Badan Hisab Rukyah Kementrian Agama (Kemenag) Jatim itu
melanjutkan, akibat adanya perbedaan penentuan awal Dzulhijah, maka
sangat mungkin pelaksanaan Idul Adha berlangsung tak serempak.
Meski
begitu, untuk memastikan hari Raya Idul Adha PWNU Jatim akan
menerjunkan tim rukyatul hilal di delapan lokasi. Di antaranya, di bukit
Condro Gresik, Pantai Nambangan Surabaya, Pantai Gebang Bangkalan,
Pantai Ngliyep Malang, Pantai Serang Blitar.
Selain itu, tim
rukyatul hilal juga akan melakukan pemantauan di Pantai Khalbut
Situbondo, Pantai giliketapang Probolinggo dan pantai Srau Pacitan.
"Hasil rukyah itu yang nanti jadi pijakan untuk memastikan kapan
pelaksanaan Idul Adha tahun ini," ujarnya.
Perhitungan Lapan
Peneliti Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Thomas Djamaluddin juga mengaku tahun ini Idul Adha 1431 Hijriyah terancam ada perbedaan. "Ini karena ada perbedaan penentuan awal bulan Dzulhijjah," kata dia.
Menurut Thomas, perbedaan penentuan Idul Adha terjadi karena perbedaan cara perhitungan di antara organisasi kemasyarakatan (Ormas) Islam di Tanah Air. "Akan ada Idul Adha pada 16 dan 17 November, karena perbedaan kriteria awal bulan. Jika menggunakan hilal, Idul Adha terjadi pada 16 November, sedangkan melalui metode rukyat terjadi pada 17 November," ujarnya.
Lapan mengakui, posisi bulan baru yang ditandai terlihatnya hilal sulit dilakukan. Lembaga itu memperkirakan ketinggian bulan pada awal Djulhijjah kurang dari dua derajat. "Walau sudah positif, dengan hitungan rukyat itu belum masuk," katanya.
Perbedaan seperti itu, menurut perkiraan Lapan, juga bakal terjadi
pada penentuan Hari Raya Idul Fitri di 2011. Sedangkan pada 2012 dan
2013 ada perbedaan penentuan awal Ramadan. Sementara pada tahun 2014,
akan terjadi perbedaan penentuan awal puasa dan hari Lebaran karena
tinggi bulan diperkirakan hanya 0,8 derajat.
Lapan, kata
Thomas, mengusulkan agar dibuat kriteria baru menetapkan awal bulan
untuk penanggalan Islam. Lapan sendiri mengusulkan tinggi hilal
seharusnya ditetapkan sebesar empat derajat. "Kriteria astronomi
ketinggian di atas empat derajat. Saya usulkan agar penentuan
penanggalan juga dilakukan melalui metode ilmiah yaitu menggunakan ilmu
astronomi," kata dia.
Sementara itu, Kepala Observatorium Bosscha, Hakim L Malasan
menyatakan Hari Raya Idul Adha akan jatuh pada hari Rabu, 17 Nopember
2010. Penentuan ini berdasarkan pengamatan bulan (hilal) yang dilakukan selama 10 hari terakhir di observatorium yang berada di Lembang, Bandung, Jawa Barat itu.
"Memang
hari raya itu ada dua versi, antara Selasa dan Rabu. Tapi menurut
pengamatan yang kami lakukan akan jatuh pada Rabu," ujar Hakim L
Malasan. Pengamatan itu, kata Hakim, dilakukan dengan teropong
Teodolit. Teropong sama digunakan saat penentuan Hari Raya Idul Fitri.