Pangandaran,myPangandaran.com-Sesepuh DPC Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Pangandaran Agus
Suryanata menutup mata untuk selamanya kemarin dini hari. Agus Brewok begitu ia biasa disapameninggal dunia karena penyakit komplikasi
dan serangan jantung. Sebelum menghembuskan nafas terakhir, pria yang
mempopulerkan objek wisata Green Cayon Kecamatan Cijulang itu, sempat
menghadiri jamuan kambing guling yang digelar rekan-rekannya bersama
wisatawan asing di salah satu hotel.
Lalu, pria berjenggot tersebut
pulang ke rumahnya di Pasar Wisata. “Kang Agus ngeluh, katanya dadanya
sakit. Saya suruh istirahat tapi kondisinya makin lama malah makin
parah. Lalu saya sama suami saya bawa Kang Agus ke Puskesmas
(Pangandaran),” tutur Eneng, tetangga Agus kemarin.Di
puskesmas, kata dia, Agus sempat ditangani tim medis. Namun kesehatan
pria berusia 60 tahun tersebut terus menurun hingga akhirnya
menghembuskan nafas terakhir sekitar pukul 03.00.
Meninggalnya Agus
mengagetkan keluarga besar HPI. Maklum, dia meninggal ketika akan
menerima penghargaan sebagai sesepuh HPI DPC Pangandaran yang akan
diberikan bersamaan acara pelantikan anggota baru HPI di kawsan air
terjun Curug Jambe Pangandaran. Sejak pukul 06.00, puluhan anggota
HPI berdatangan ke Puskesmas Pangandaran. Tampak juga Hilman, putra Susi
Pujiastuti, sang pengusaha sukses. “Kami semua kaget dan merasa
kehilangan dengan kepergian beliau,” tutur Hilman.
Tanpa dikomando,
puluhan anggota HPI dan warga yang hadir mengumpulkan sumbangan untuk
mengantarkan jenazah Agus ke keluarganya di Bandung. “Kami semua (HPI)
adalah murid dan saudara beliau. Karena beliau di sini tinggal sendiri,
maka kewajiban kami mengantarkan beliau ke keluarganya,” tutur Jajang
Nurjaman, salah seorang anggota HPI.
Di kalangan anggota HPI dan
pelaku wisata, sosok Agus dianggap sebagai pahlawan wisata. “Beliau
sangat berjasa dalam sejarah objek wisata di Pangandaran khususnya Green
Canyon. Beliau merupakan pelopor pemandu wisata di Pangandaran,” tutur
Ketua Bidang Organisasi HPI Ochid Sutan Abdul Rasyid.
Ochid
menambahkan almarhum menjadi pemandu wisata di Pangandaran sejak tahun
70-an. Setelah menikah dengan Sabrina, warga negara Austria, kata dia,
Agus terus konsisten menjadi pemandu wisata di Pangandaran. Bersama
istrinya, ia yang pertama kali memperkenalkan Green Canyon ke wisatawan
asing.
“Dia senang berpetualang mencari tempat-tempat bagus untuk
diperkenalkan kepada orang asing, termasuk Green Canyon. Beliau lah yang
pertama kali memperkenalkan kepada orang Amerika pada waktu itu sekitar
tahun 90-an. Di situlah awal mula Cukang Taneuh mulai dikenal dengan
sebutan Green Canyon. Karena bule yang dibawa Kang Agus bilang ini
seperti di tempat saya Green Canyon,” tuturnya.
Kalau banyak versi
menyebutkan Green Canyon dipopulerkan oleh orang asing, Ochid tidak
sependapat. “Orang-orang lupa siapa yang membawa orang asing ke
tempat-tempat pelosok seperti itu, kalau bukan pemandu. Di Pangandaran
beliau merupakan salah satu pelopor pemandu wisata,” tuturnya.
Setelah
bercerai dengan istrinya, kata dia, kehidupan Agus sangat sederhana. Ia
tinggal di kawasan Pasar Wisata dengan menempati sebuah kios sederhana.
“Meskipun sekarang Green Canyon sudah menghasilkan pemasukan buat
pemerintah daerah (Ciamis), namun sosok Agus luput dari perhatian.
Memang buat orang lain Agus bukanlah orang penting. Mungkin juga tidak
dikenal tapi bagi kami (HPI, red) adalah pahlawan,” tegasnya.
Pantauan kami, jenazah Agus diantarkan ke Bandung menggunakan ambulance
Puskesmas Pangandaran sekitar pukul 08.00. Beberapa orang perwakilan HPI
ikut mengantar jenazah. Tidak banyak barang yang dimiliki Agus. Sosok
pahlawan bagi HPI itu hanya membawa sehelai tikar, sebuah bantal dan
beberapa helai pakaian.(RadarTasikmalaya)