Pangandaran,myPangandaran.com-Seorang pria yang mengenakan kacamata hitam sangat piawai memainkan
wayang golek di tepi jalan menuju perhelatan Binojakrama Wayang Purba
se-Tatar Sunda 2010 di Kampung Japuh Dusun/Desa Cikembulan Kecamatan
Sidamulih akhir pekan lalu. Pria berkumis itu tampak percaya diri
memainkan wayang di depan anak-anak. Seperti dalang sungguhan, dia
pandai menirukan suara wayang sesuai karakter wayang yang dimainkannya.
Sesekali, anak anak yang menyaksikannya tertawa lebar.
Pria yang
mengenakan kaos hitam bergambar dan bertuliskan wayang golek itu bukan
peserta ajang binojakrama (kompetisi padalangan). Dialah Aceng, warga
Desa Regol Wetan Kecamatan Sumedang Selatan, yang bisa menjual wayang
golek di sekitar lokasi acara. Saat matahari mulai menyengat
--setelah seharian memainkan wayang-- Aceng memutuskan untuk
beristirahat sejenak. Ia mengajak Radar menikmati kopi di depan lapak
jualannya. Sambil istirahat, Aceng menceritakan kisah hidupnya.
Kata
dia, profesi sebagai perajin sekaligus penjual wayang golek telah
dijalani sekitar 15 tahun silam. “Dulu saya pedagang pakaian di Pasar
Sandang Sumedang karena terlilit utang, modal saya habis, akhirnya saya
nggak bisa jualan,” tuturnya. Hampir setahun tanpa pekerjaan yang
jelas. lantas, pria berkumis ini teringat orang tuanya yang pernah
mengajarkan membuat wayang. Menginjak remaja --sekitar tahun 1970-an--
ia sering melihat orang tuanya membuat wayang. Bahkan, ia pernah
diajarkan hingga bisa membuat berbagai jenis tokoh wayang.
Aceng pun
bertekad untuk menjalani profesi sebagai perajin dan penjual wayang
golek. Harga wayang buatan Aceng tidak mahal. Meskipun pembuatan rumit
dan menyita waktu, Aceng menjualnya dengan kisaran harga antara Rp 20
ribu hingga Rp 50 ribu. “Buat saya yang penting ada untungnya biar
pun sedikit. Pembeli suka sama hasil karya saya saja saya senang,”
ungkap bapak dari enam orang anak dan kakek dari satu cucu itu.
Jika
sedang beruntung, ia bisa meraup keuntungan ratusan ribu setiap kali
berjualan. Setiap kali berdagang, ia biasanya membawa sekitar 100 hingga
150 wayang. Kalau dalang yang pentas Asep Sunandar Sunarya, kata
dia, wayang cepat laku bahkan kerap habis. Karena itu, sejak 12 tahun
silam ia selalu mengikuti kemana pun pelopor wayang golek modern itu
tampil atau hadir di muka umum.
Seperti dalam perhelatan binojakrama
yang digelar pekan lalu, meskipun Asep Sunandara datang hanya sebagai
sesepuh padalangan, Aceng tak mau ketinggalan. “Kecuali kalau Kang Asep
manggung di luar Jawa atau ke luar negeri baru saya nggak bisa ikut,
soalnya ongkosnya mahal,” ungkapnya. Ia pun bisa menirukan dan
memainkan berbagai tokoh wayang golek karena sering melihat Asep
Sunandar manggung. Meski mengaku selalu mengikuti Asep Sunandar
manggung, namun Aceng jarang bertegur sapa. “Saya kenal, kalau ketemu
kalau bertemu bertegur sapa, tapi nggak tahu Kang Asep kenal nama saya
atau enggak,” tutur lelaki paruh baya yang bercita-cita mempunyai
sanggar wayang golek pribadi itu.( RadarTasikmalaya )