Cijulang, myPangandaran.com - Keberadaan Bandar Udara (Bandara) Nusawiru di Kecamatan Cijulang daerah otonom baru (DOB) Kabupaten Pangandaran bakal menjadi salah satu tumpuan pengembangan perekonomian untuk wilayah yang baru melepaskan diri dari induknya, Kabupaten Ciamis.
Bandara yang terletak di Desa Kondangjajar tersebut juga mulai dilirik oleh sejumlah sekolah penerbangan yang berpangkalan di Bandung maupun Jakarta. Keberadaan bandara yang diresmikan pada tahun 1996 oleh Menteri Perhubungan Haryanto Dhanutirto, semula difokuskan untuk mendukung dunia kepariwisataan di wilayah Provinsi Jawa Barat bagian selatan. Akan tetapi dalam perkembangannya tidak hanya menunjang sektor pariwisata.
"Keberadaan bandara tersebut ikut menyumbang kredit poin yang tinggi saat dilakukan penilaian pembentukan Kabupaten Pangandaran. Saat ini potensi Nusawiru masih sangat terbuka untuk dikembangkan," tutur petugas Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat yang menjadi Koordinator Bandara Nusawiru Hendra Gunawan.
Dia mengungkapkan aktivitas bandara sempat terhenti paska reformasi. Setelah dilakukan berbagai penanganan, pada tahun 2004 Bandara Nusawiru kembali aktif, salah satunya dengan ditandai masuknya Merpati Airlines yang melayani rute Cijulang - Bandung.
Hanya saja dalam perkembangannya karena alasan tertentu, rute tersebut ditutup. Selanjutnya pada Tahun 2008 masuk Susi Air yang membuka penerbangan reguler Nusawiru - Jakarta.
"Selain melayani pernerbangan reguler, pengusaha tersebut juga mengirim kargo berupa udang lobster. Kami juga senang karena saat ini Nusawiru menjadi pusat pemeliharaan dan training pilot yang diadakan oleh Susi Air. Beberapa sekolah penerbangan lainnya juga mulai melirik Nusawiru untuk dijadikan tempat berlatih, salah satu pertimbangannya karena relatif tidak ada pegunungan di sekitar tempat tersebut, " ungkapnya.
Hendra menambahkan saat ini Bandara Nusawiru memiliki landas pacu atau runway sepanjang 1.400 meter dan lebar 30 meter. Dengan kondisi tersebut hanya mampu melayani pesawat relatif kecil, misalnya CN 235 dan Fokker 27. Agar tidak tertinggal dengan cepatnya laju pertumbuhan perekonomian masyarakat, Bandara Nusawiru direncanakan terus dikembangkan.
Salah satunya bagian landas pacu bakal diperpanjang menjadi 2.100 meter, serta penambahan fasilitas lain. Dengan penambahan landas pacu, maka pesawat yang bisa lepas landas atau maupun mendarat bisa berukuran lebih besar.
"Apabila landasan diperpanjang, nantinya pesawat sekelas Boing 737 bisa mendarat atau lepas landas di Nusawiru. Hal tersebut merupakan salah satu gagasan untuk mengembangkan bandara. Saat ini yang bisa mendarat maksimal hanya pesawat kelas CN 235. Potensi untuk pengembangan Nusawiru masih terbuka," kata Hendra.
Lebih lanjut dia mengatakan fasilitas bandara juga terus ditingkatkan. Peningkatan tersebut di antaranya penambahan kelengkapan lampu di landas pacu, sehingga pesawat dapat lepas landas maupun mendarat pada malam hari.
Saat ini operasional bandara ditangani oleh 11 pegawai. Pada salah satu bagian Bandara Nusawiru juga terdapat sebuah bangunan berupa hanggar pesawat.
"Sebelum dipasang lampu, penerbangan prkatis hanya berlangsung pada siang hari. Sekarang dengan kelengkapan lampu, terlebih dalam situasi emergensi aktivitas penerbangan maupun mendarat bisa dilakukan malam hari," tuturnya.
Berkenaan dengan keselamatan penerbangan, Hendra mengatakan perlu ada penambahan akses jalan bagi masyarakat sekitar. Hal itu dilakukan karena fasilitas yang sangat berdekatan dengan landas pacu sering dimanfaatkan oleh masyarakat.
Akibatnya ketika pesawat yang hendak mendarat atau lepas landas, harua ada petugas khusus yang berlari menjaga jalan. Selain petugas, juga dilengkapi dengan bunyi sirine sebagai pertanda bakal ada pesawat yang akan terbang atau mendarat.
"Ketika ada pesawat hendak lepas landas atau mendarat, petugas tidak hanya mempersiapkan tempat parkir pesawat, akan tetapi juga ada anggota khusus mengamankan akses jalan. Untuk masyarakat setempat ketika mendengar suara sirine mereka sudah sudah biasa, akan tetapi bagi pendatang perlu diberi penjelasan. Apa yang kami lakukan semata-mata juga demi keselamatan penerbangan," jelas Hendra.
Pada bagian lain ia mengatakan bahwa Bandara Nusawiru juga sering dijadikan sebagai tempat uji coba penerbangan pesawat tanpa awak. Uji coba tersebut di antaranya dilakukan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) serta Lembaga Antariksa nasional (Lapan).
"Ujicoba pesawat tanpa awak tersebut di antaranya untuk meneliti kondisi cuaca dan lainnya. Yang pasti Nusawiru masih sangat terbuka untuk dikembangkan lebih besar lagi," katanya. Sumber Gambar dan Berita Harian Umum PikiranRakyat