Padaherang, myPangandaran.com -
Sumur penambangan tradisional bahan galian fosfat di Dusun/Desa Karangmulya, Kec. Padaherang, Kab. Ciamis, runtuh. Longsornya pertambangan fosfat pada hari Senin (23/2) sekitar pukul 17.00 WIB itu juga menimbun salah seorang penambang yang juga warga setempat, Yoyo (55). Hingga Selasa (24/2) pukul 16.30 WIB, tubuh korban masih belum ditemukan.
Evakuasi juga mengalami hambatan karena dinding lubang sumur yang digalinya juga rawan longsor. Kondisi itu memaksa regu pencari harus ekstra hati-hati. Setiap beberapa jengkal dinding yang berhasil disingkirkan langsung diperkuat dengan kayu. Selain itu, hanya beberapa orang yang bisa masuk ke lubang galian fosfat.
Menurut penuturan anak korban bernama Umar (25), posisi Yoyo berada di kedalaman sekitar 15 meter. Hal itu berkenaan dengan lubang galian yang berhasil ditambang sudah mencapai kedalaman tersebut.
Seharian penuh tim pencari yang juga melibatkan anggota polisi dan TNI di Kecamatan Padaherang baru berhasil menyingkirkan timbunan fosfat sedalam empat meter. Meski demikian, belum ada tanda-tanda korban ditemukan.
Ketua RT 04 RW02, Dusun Karangmulya, Hadir (50), kejadian itu bermula ketika Senin (23/2) sekitar pukul 10.00 WIB korban yang kesehariannya menambang fosfat sendirian masuk ke sumur yang biasa digalinya.
Biasanya saat menambang fosfat, korban selalu bersama dengan anaknya. Kadang korban yang bertugas membawa fosfat ke luar dari dalam lubang, sedangkan Umar bertugas mengambil dan memasukkan fosfat ke dalam wadah.
Yoyo yang biasanya pulang ke rumah pukul 14.30 WIB hingga pukul 17.00 WIB belum pulang ke rumah. Umar kemudian menyusul orang tuanya ke lokasi penambangan. Umar kemudian masuk ke dalam sumur, namun baru beberapa meter masuk ternyata sudah tertutup longsoran tanah bercampur fosfat. Kejadian itu langsung diberitahukan ke tetangganya.
"Sejak kemarin kita mencoba mencari, namun sampai sekarang (Selasa, 24/2) korban belum ditemukan," ungkapnya.
Dia juga mengatakan, lokasi tambang fosfat itu rawan runtuh, terlebih pada saat musim hujan. "Dibandingkan musim kemarau, saat musim hujan lokasi tersebut sangat rawan runtuh. Kita berharap korban dapat segera ditemukan," ujar Hadir.
Sumber: PikiranRakyat