Padaherang, myPangandaran.com - Serangan hama tikus masih terus menghantui petani di Kecamatan Lakbok, Purwadadi serta Padaherang yang merupakan daerah lumbung padi di Kabupaten Ciamis. Akibat serangan binatang pengerat, pada musim panen kali ini produksinya berkurang hingga lima belas persen. Kondisi tersebut diperparah dengan kualitas gabah yang kurang baik akibat tingginya kadar air.
"Terus terang kami masih dihantui serangan binatang tersebut. Akibat serangan tersebut, panen ketiga atau yang terakhir ini produksi gabah turun ampai lima belas persen. Kami berharap pemerintah maupun instansi terkait dapat membantu petani memerangi tikus," tutur Sahman (43) petani Desa/Kecamatan Purwadadi.
Dia mengungkapkan, petani mengalami kesulitan memberantas tikus, karena tidak ada masa tanam penyela yang dapat memutus siklus perkembangbiakan tikus. Setahun ini, lanjut Sahman, petani terus menerus menanam padi. Padahal, pada masa normal, dalam setahun hanya dua kali menanam padi dan diselingi menanam palawija. "Sekarang praktis tidak bisa menanam palawija karena lahannya terus basah. Dengan demikian petani selalu menanam padi. Persoalan lainnya banyak petani yang tidak menanam serentak, sehingga upaya pembasmiannya tambah sulit," ujarnya.
Dibandingkan dengan musim tanam sebelumnya, tambah dia yang didampingi Arifin petani di Desa/ Kecamatan Banjarsari, serangan tikus tidak seganas seperti sekarang ini. Upaya pembasmian dengan pengemposan dan gropyokan, tidak banyak mengurangi populasi binatang pengerat tersebut.
Biasanya serangan tikus berlangsung pada malam hari. Umumnya tanaman yang diserang adalah yang berada di bagian tengah, sedangkan tanaman yang berada di sisi pematang sampai dengan sekitar satu meter, relatif lebih aman dari serangan tikus. "Batang yang patah menjadikan tanaman tumbang, umumnya yang diserang tanaman yang sudah mulai mengeluarkan bulir padi. Kalau yang umurnya muda aman dari serangan tikus," kata Arifin.
Sebelumnya Kepala Bidang Sumber Daya, Tini Lastiniwati mengatakan, Dinas Pertanian Ciamis telah menyediakan racun tikus, tiran. Barang tersebut dibagikan gratis kepada petani. Untuk membasimi tikus pihaknya mendapatkan bantuan tiran sebanyak 15 ton.
"Pemakaiannya dimasukkan ke dalam sarang tikus, setelah mengeluarkan asap selanjutnya meledak mirip petasan. Untuk permohonan tiak perlu birokrasi yang berbelit, ajukan saja permohonan langsung kami proses," tuturnya.
Dia menjelaskan, upaya pembasmian hama tikus akan lebih efektif apabila dilaksanakan secara massal dan terus menerus. Pembamian dilaksanakan pada saat sebelum masa tanam atau masa pengolahan tanah. Dengan demikian tidak akan merusak tanaman padi. "Kalau dilakukan saat sudah ada tanaman, maka tanaman dapat rusak terinjak-injak. Jadi sekali kerja, sembari mengolah tanah juga membasmi tikus," tuturnya. (PikiranRakyat)