Pangandaran,myPangandaran.com-Seperti di kawasan lainnya, warga yang tinggal di pesisir Ciamis selatan, Ciamis pun panik saat merasakan gempa berkekuatan 7,1 SR yang berpusat di 293 km barat daya Cilacap atau 306 km barat daya Ciamis. Saat gempa mengguncang, tanpa berfikir panjang warga berhamburan ke luar rumah untuk mengungsi ke tempat yang dipandang aman. Kepanikan makin membesar begitu warga mendengar informasi bahwa gempa tersebut berpotensi tsunami.
Andis Sose, SE warga setempat mengatakan, saat gempa terasa, dirinya sedang asyik menonton sepakbola AS Roma vs Juventus di salah satu televise nasional. Saat itu, rumahnya terasa berguncang keras. Guncangan itu mengakibatkan sejumlah perabotan rumahnya bergemeretak sangat keras, bahkan beberapa perabotan ada yang jatuh.
“Segera saja, saya merangkul adik-adik saya dan mengajak berlari keluar rumah sambil terus meneriakkan takbir. Di luar rumah ternyata, para tetangga sudah berada di luar lebih dulu dari saya,” papar Andis.
Herman, penggiat Local Working Group menambahkan, kepanikkan warga dipicu oleh rilis yang disampaikan BMKG serta ditayangkan di televisi, bahwa gempa yang berlangsung sekitar 40 detik dan beramplitudo di 306 km barat daya Ciamis, berpotensi menimbulkan tsunami. Setelah mendengar pengumuman tersebut, ratusan warga memutuskan mengungsi dengan membawa perlengkapan seperti perlengkapan tidur dan pakaian secukupnya.
“Tadi pagi, kami berkumpul di kaum atau sekitar kawasan Mesjid Besar Pangandaran, dataran tinggi di Babakan, Purbahayu, dan Sidamulih. Setelah satu jam dan ada ralat bahwa gempa tidak berpotensi tsunami, kami kembali ke rumah masing-masing,” kata dia.
Di tempat terpisah, Ketua Presidium Pembentukkan Kab. Pangandaran, H. Supratman, B.Sc. menyesalkan masih belum baiknya kondisi alat peringatan dini terjadinya tsunami. Belum berfungsinya alat yang ada di Kantor Balawista Pangandaran itu berakibat jelek dan bisa membahayakan.
Dia mengatakan, jika perangkat early warning berfungsi dengan baik, warga yang tinggal di kawasan pesisir tidak menunggu-nunggu informasi terjadinya titik gempa dan potensi tsunami dari televisi. “Informasi dari televisi kan tidak dapat diketahui segera, namun muncul belasan menit setelah kejadian. Itu artinya bisa saja warga tidak sempat mengungsi alias langsung diserang tsunami karena pemberitahuan dari badan terkait telat datang,” kata dia.
Menurut Ketua Balawista Pangandaran Dodo Taryana, pihaknya sebenarnya sudah mengusulkan kepada Pemkab Ciamis agar segera memperbaiki alat tersebut. Akan tetapi, Pemkab Ciamis ternyata masih belum memperbaikinya, padahal biaya yang dibutuhkan hanya sekira Rp 30 juta.
Dodo juga mengakui bahwa tidak normalnya alat tersebut bisa berakibat fatal kepada warga Pangandaran dalam menyikapi kemunculan tsunami. “Karena itulah, saya harapkan pemerintah segera memperbaikinya,” kata Dodo. (PikiranRakyat)