Pangandaran,myPangandaran.com-Hujan disertai petir, Sabtu (30/10) malam, menjadi bencana bagi
Supriono (21) warga Dusun Karangsalam RT 02/05 Desa Pananjung Kecamatan
Pangandaran. Saat ia sedang tertidur di atas bagang di kawasan Pantai
Timur, tiba-tiba saja kilatan petir menerjang bangunan bambu itu hingga
porak poranda sekitar pukul 19.30. Akibat kejadian tersebut, Supriono
sempat tak sadarkan diri. Beruntung nyawanya masih selamat.
Saat
ditolong nelayan bagang lainnya, Supriono ditemukan terbaring lemas
diantara serpihan barang yang hancur tersambar petir. “Supri udah nggak
bisa apa-apa. Tubuhnya pucat dan lemas, kami langsung bawa ke darat,”
tutur Omen (35) salah seorang nelayan bagang yang menolong korban.
“Saya
nggak lihat percis kejadiannya. Namun kilatan petir memang sangat
besar. Saya dengar suara seperti bom. Begitu melihat keluar, saya lihat
bagang Supri sudah hancur,” ungkapnya. Dikatakan Omen, jarak antara
bagang miliknya dengan bagang Supriono sekitar 50 meter. “Bagang Supri
ada di tengah-tengah bagang saya sama bagang teman saya,tinggi bagang
sama sekitar tiga meter dari atas laut, Alhamdulillah yang lain
selamat,” tuturnya.
Hujan, kata dia, mulai turun sejak pukul 17.00,
sementara petir mulai dirasakan setelah Magrib sekitar pukul 18.00.
“Semakin malam petir semakin sering malah sepertinya berpusat di pantai
timur. Pokoknya suasana mencekam,” tuturnya. Kepada Kami Supriono
menceritakan peristiwa yang hampir merenggut nyawanya itu. Sehabis
menyiapkan peralatan menangkap ikan di atas bagang, ia bermaksud
istirahat sambil menunggu jaring tangkap miliknya diangkat. Tiba-tiba
saja, kata dia, saat matanya baru terpejam beberapa menit, kilatan
petir langsung menyambar bangunan bagang berukuran 9x9 yang
ditempatinya. “Kejadiannya sangat cepat. Tiba-tiba saja ada hentakan
masuk ke badan saya, sempat saya nggak sadarkan diri, begitu saya ingat
semua barang-barang di sekitar saya sudah hancur, sementara saya ga bisa
menggerakan tubuh, udah seperti orang lumpuh,” ungkapnya.
Dikatakannya,
selain menghancurkan saung bagang majikannya, sambaran petir juga
merusak semua benda-benda terbuat dari kaca seperti gelas, piring dan
kaca lampu patromak. “Ini mukjijat. Saya bisa selamat. Padahal semua
barang di sekitar saya hancur berantakan, bahkan semua benda terbuat
dari kaca ngga ada yang utuh semuanya hancur berkeping-keping,”
tuturnya.
Akibat tersambar petir, Supriono sempat mengalami lumpuh
selama 10 jam. Namun kondisinya berangsur membaik. “Alhamdulillah
sekarang saya udah bisa menggerakan tubuh saya, cuma masih lemas aja,
tadi (kemarin) saya berobat ke puskesmas. Katanya jantung sama tekanan
darah saya normal ngga ada yang terganggu,” tuturnya.
Supriono
mengaku trauma dengan kejadian tersebut, namun karena tak ada pekerjaan
lain, ia pun akan kembali melaut menjadi nelayan bagang. “Jujur saya
takut jadi nelayan bagang, tapi ya gimana lagi. Saya ngga punya kerjaan
lain, kalau udah sembuh terpaksa saya melaut lagi,” ungkapnya.
Peristiwa
ini merupakan kali kedua dialaminya, sekitar dua tahun lalu, Yayan (20)
rekannya tewas tersambar petir saat berada di bagang. “Saya yang nolong
Yayan, waktu itu dia lagi pegang hp tiba-tiba petir langsung nyambar,
setelah itu saya sempat berhenti beberapa hari ngga melaut tapi karena
ga ada kerjaan ya terpaksa saya melaut lagi,” tandasnya.
Watini (19)
istrinya mengaku khawatir dengan pekerjaan suaminya. Namun ia tidak
bisa menghalang-halangi pekerjaan suaminya. “Jelas saya khawatir banget,
apalagi kalau pas dia melaut turun hujan petir. Kemarin saja saya
firasat saya sudah beda. Ehh.. ternyata kejadian,” ungkapnya sambil
memijat kaki suaminya. (RadarTasikmalaya)