Pangandaran,myPangandaran.com-Dampak keberadaan 49 bagang (tempat menangkap ikan di tengah laut) di
perairan cagar alam timur mulai dirasakan nelayan di Pangandaran.
Nelayan mengaku hasil tangkapannya terus menurun dan harus menangkap
ikan di lokasi yang jauh.
Informasi yang dihimpun dari nelayan
menyebutkan, bagang-bagang tersebut beroperasi di wilayah terumbu
karang atau tempat ikan berkembang biak. Dan, penggunaan jaring bagang
yang sangat rapat membuat ikan-ikan kecil itu tertangkap.
Akibatnya,
saat ini nelayan sulit mendapatkan ikan besar di perairan dangkal.
“Sekarang jarang ada ikan gede di sini (sambil menunjuk ke perairan
dangkal). Ikan belum gede sudah pada ditangkapin,” ungkap Yanto,
nelayan asal Babakan.Sementara Kepala UPTD Kelautan dan Perikanan
Pangandaran Nata Sudirman mengatakan pemerintah sudah melarang bagang
tersebut beroperasi. Malah sempat dilakukan musyawarah dengan para
pemilik bagang.
“Kami dulu sempat menawarkan kepada mereka (pemilik
bagang) untuk mengganti bagang dengan sistem jaring apung. Namun belum
ada respon yang baik. Karena usaha jaring apung tidak bisa langsung
menghasilkan, membutuhkan waktu lama,” paparnya.
Sampai saat ini,
lanjut dia, negosiasi dengan para pemilik bagang belum mendapatkan
hasil yang terbaik. “Mereka memang bersedia dibongkar dengan catatan
pemerintah mengganti semua biaya pembuatan bagang. Menurut mereka satu
bagang mencapai 35 juta rupiah. Itu kan jumlah yang tidak sedikit,”
ungkapnya.
Dia berharap permasalahan ini disikapi dengan bijak.
“Menjaga kelestarian lingkungan merupakan tanggung jawab bersama bukan
hanya tanggung jawab pemerintah. Toh, nantinya kita juga yang
merasakan,” tuturnya.Asep, salah seorang nelayan bagang mengatakan,
dirinya menggantungkan hidupnya dari usaha tersebut. Tapi, kalau harus
dibongkar dirinya berharap pemerintah mau mengganti semua biaya
pembuatan bagang termasuk bantuan perahu agar bisa melaut.
Sumber RadarTasikmalaya