Diduga Bangun Rumah di Tanah Negara, Seorang Petani di Pangandaran Jadi Korban Perusakan dan Penganiayaan


Diduga Bangun Rumah di Tanah Negara, Seorang Petani di Pangandaran Jadi Korban Perusakan dan Penganiayaan

PANGANDARAN – Seorang petani bernama Engkos Rosandi (58), warga Dusun Padasuka, Desa Wonoharjo, Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Pangandaran, diduga menjadi korban perusakan dan penganiayaan oleh sekelompok orang, usai membangun rumah di atas lahan yang disebut sebagai tanah negara.
 
Peristiwa tersebut terjadi pada Jumat pagi (13/6/2025), saat Engkos sedang menyemprot rumput di pekarangan tempat ia membangun rumah. Tiba-tiba, sekelompok orang yang disebut berjumlah sekitar 60 orang datang dan menghancurkan bangunan milik Engkos yang baru dibangun dengan material bata hebel dan coran.
 
“Saya lagi nyemprot rumput, tiba-tiba datang gerombolan orang dari arah utara. Mereka langsung membongkar rumah saya. Karena panik, saya menyemprot mereka balik, lalu saya lari,” ungkap Engkos saat ditemui wartawan pada Senin sore (16/6/2025), di lokasi rumahnya yang kini telah rata dengan tanah.
 
Engkos mengaku sempat dikejar oleh beberapa orang dari kelompok tersebut. Ia bahkan diduga mengalami penganiayaan.
 
“Saya dikejar, dipukul sampai jatuh. Beruntung ada tetangga yang menyelamatkan saya. Wajah saya kena pukul, ada yang bawa kayu dan melempar ke arah saya,” ujarnya seraya menunjukkan luka di bagian wajah.
 
Rumah yang dibangun Engkos berukuran sekitar 4x10 meter dan rencananya akan dibuat permanen dengan atap cor. Namun, pembangunan itu belum rampung saat perusakan terjadi. Ia memperkirakan kerugiannya mencapai Rp 70 juta.
 
Engkos mengaku telah menggarap lahan tersebut selama sekitar 15 tahun. Sebelumnya, ia bersama istri dan empat anaknya tinggal di warung kontrakan selama hampir dua dekade.
 
“Saya tidak punya rumah, niat saya hanya ingin membangun tempat tinggal. Saya juga merasa tidak punya musuh. Mungkin karena tanah ini dianggap tanah negara,” tuturnya.
 
Setelah kejadian, Engkos langsung memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan untuk visum dan melaporkan kejadian tersebut ke pihak kepolisian.
 
“Saya serahkan semuanya ke pihak berwajib, biar diproses sesuai hukum,” katanya.
 
Sementara itu, Tarman (65), tetangga korban yang menyaksikan peristiwa tersebut, membenarkan adanya aksi perusakan dan penganiayaan. Ia sempat mencoba melerai, namun tak mampu menahan amukan massa.
 
“Saya sempat berdiri menghadang, tapi mereka tetap menyerang. Saya bilang rumahnya sudah hancur, sekarang kenapa harus menyiksa pemiliknya? Tapi mereka tidak peduli,” ujar Tarman.
 
Menurut Tarman, seluruh pelaku mengenakan pakaian biasa dan tidak menunjukkan identitas khusus. Ia menduga aksi tersebut terkait dengan keberadaan rumah di atas tanah negara.
 
 





Peristiwa Lainnya
Mau booking hotel, penginapan, travel dan tour? call 0265-639380 atau klik disini