Setelah menjadi rumor yang cukup panjang, wanita asal Kabupaten Pangandaran yang juga CEO Susi Air Susi Pudjiastuti akhirnya dipilih Presiden Jokowi untuk menjadi Mentri Kelautan dan Perikanan. Sebelumnya wanita yang memulai bisnis dengan menjadi pedagang ikan di Pangandaran ini memang beberapa waktu yang lalu diundang oleh Presiden ke Istana untuk berdiskusi perihal Kelautan dan Perikanan
Sebelumnya, Susi diberitakan oleh beberapa media akan menempati posisi mentri Pariwisata, namun sesuai dengan bidang yang digeluti beberapa tahun terakhir dibidang ekspor iklan dan lobster akhirnya dipilih menjadi menteri perikanan dan kelautan.
Bagi orang Pangandaran, nama Susi tidak sangat asing, Susi adalah pengusaha dengan tipe pekerja keras yang merintis dari awal. Nama susi terus melejit ketika mendapatkan beberapa anugrah dan penghargaan saat memimpin Susi Air. Jadinya Susi menjadi mentri adalah hal sejarah baru bagi warga Pangandaran yang mendapatkan amanah untuk menjadi mentri.
Susi lahir di Pangandaran, 15 Januari 1965 adalah pengusaha pemilik
dan Presdir PT ASI Pudjiastuti Marine Product, eksportir hasil-hasil
perikanan dan PT ASI Pudjiastuti Aviation atau penerbangan Susi Air dari
Jawa Barat. Hingga awal tahun 2012, Susi Air memiliki 46 pesawat dengan berbagai
tipe seperti Cessna Grand Caravan, Pilatus PC-06 Porter dan Piaggio P180
Avanti. Susi Air mempekerjakan 179 pilot, dengan 175 di antaranya
merupakan pilot asing. Tahun 2012 Susi Air menerima pendapatan Rp300
Miliar dan melayani 200 penerbangan perintis.
Mengawali usahanya dengan modal Rp750 ribu hasil menjual perhiasan, pada 1983 Susi mengawali profesi sebagai pengepul ikan di Pangandaran. Bisnisnya terus berkembang, dan pada 1996 Susi mendirikan pabrik pengolahan ikan PT ASI Pudjiastuti Marine Product dengan produk unggulan berupa lobster dengan merek "Susi Brand".
Ketika bisnis pengolahan ikannya meluas dengan pasar hingga ke Asia dan Amerika, Susi memerlukan sarana transportasi udara yang dapat dengan cepat mengangkut lobster, ikan, dan hasil laut lain kepada pembeli dalam keadaan masih segar. Didukung suaminya, Christian von Strombeck, seorang Jerman yang lama bekerja sebagai mekanik pesawat dan pilot di Indonesia, pada 2004 Susi memutuskan membeli sebuah Cessna Caravan seharga Rp20 Miliar menggunakan pinjaman bank.
Melalui PT. ASI Pudjiastuti Aviation yang ia dirikan kemudian, satu-satunya pesawat yang ia miliki itu ia gunakan untuk mengangkut lobster dan ikan segar tangkapan nelayan di berbagai pantai di Indonesia ke pasar Jakarta dan Jepang.
Call sign yang digunakan Cessna itu adalah Susi Air. Dua hari setelah gempa tektonik dan tsunami Aceh melanda Aceh dan pantai barat Sumatera pada 26 Desember 2004, Cessna Susi adalah pesawat pertama yang berhasil mencapai lokasi bencana untuk mendistribusikan bantuan kepada para korban yang berada di daerah terisolasi. Peristiwa itu mengubah arah bisnis Susi.
Di saat bisnis perikanan mulai merosot, Susi menyewakan pesawatnya itu yang semula digunakan untuk mengangkut hasil laut untuk misi kemanusiaan. Selama tiga tahun berjalan, maka perusahaan penerbangan ini semakin berkembang hingga memiliki 14 pesawat, ada 4 di Papua, 4 pesawat di Balikpapan, Jawa dan Sumatera. Perusahaannya memiliki 10 pesawat Cessna Grand Caravan, 2 pesawat Pilatus Porter, 1 pesawat Diamond star dan 1 buah pesawat Diamond Twin star. Sekarang Susi Air memiliki 45 pesawat terbang beragam jenis.
Susi menerima banyak penghargaan antara lain Pelopor Wisata dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat, Young Entrepreneur of the Year dari Ernst and Young Indonesia tahun 2005, serta Primaniyarta Award for Best Small & Medium Enterprise Exporter 2005 dari Presiden Republik Indonesia. Tahun 2006, ia menerima Metro TV Award for Economics, Inspiring Woman 2005 dan Eagle Award 2006 dari Metro TV, Indonesia Berprestasi Award 2009 dari PT Exelcomindo. Pada tahun 2008 ia mengembangkan bisnis aviasinya dengan membuka sekolah pilot Susi Flying School melalui PT ASI Pudjiastuti Flying School