Cigugur, myPangandaran.com - Ratusan warga bahu-membahu membangun dua ruang belajar kelas jauh SDN 3 Cimindi Dusun Mekarjaya Desa Cimindi Kecamatan Cigugur, warga terpaksa membangun ruang kelas darurat karena satu ruang kelas jauh yang tersedia tidak mampu menampung seluruh siswa, dengan rangka bangunann dari bambu, dindingnya bilik setengah terbuka dan beralaskan tanah.
Seperti dikutip dari harian Radartasikmalaya (20/09) Ketua RT 04/10 Dusun Mekarjaya Ukus (53) mengatakan "Anak-anak yang berlajar di sini banyak, sementara ruang kelas hanya ada satu. Itu pun belum selesai" ungkap dia saat membangun ruang kelas darurat kemarin (red).
Ukus juga menambahkan ruang kelas jauh sangat dibutuhkan warga mengingat letak sekolah dasar induk sangat jauh,"Yang terdekat hanya SDN 3 Cimindi. Itu pun sekitar tujuh kilometer dari sini. Yang sekolah banyak, bukan warga dusun ini saja. Banyak juga anak-anak dari Desa Margacinta dan Desa Cibanten Kecamatan Cijulang yang jaraknya lebih jauh lagi," tuturnya.
Ukus dan warga lain berharap pemerintah memperhatikan nasib anak-anak sekolah di pedesaan. "Bagaimanapun sekolah sangat penting. Walaupun serba kekurangan sarana ya minimal mereka dekat ke sekolah. Karena itulah kami rela keluar keringat, pikiran dan materi untuk membuat sarana belajar. Mudah-mudahan bermanfaat walaupun tidak bertahan lama," tuturnya.
Yayat Hidayati, salah seorang guru di SDN 3 Cimindi mengatakan, warga Mekarjaya sangat peduli terhadap pembicara/" target="_blank">pendidikan. Makanya, mereka rela meluangkan tenaga, waktu dan materi untuk membangun sarana pembicara/" target="_blank">pendidikan. "Alhamdulillah warga di sini sangat kompak, bahkan tidak hanya kaum laki-laki, perempuan pun ikut berpartisipasi, demi menyekolahkan anak-anak mereka," tuturnya.
Ditambahkan Yayat bulan November 2010 satu ruang kelas jauh sudah dibangun melalui program desa mandiri. Sumber dananya dari APBD Provinsi Jabar sebesar Rp 40 juta. Hanya saja, sampai saat ini bangunannya belum tuntas karena dana tidak mencukupi. Pembangunannya sekitar 30 persen lagi.
"Namun sudah digunakan untuk proses KBM (kegiatan belajar mengajar) meskipun harus berdesak-desakan karena siswanya banyak," tuturnya. Dikatakan Yayat, ada sekitar 40 siswa yang belajar di ruang kelas jauh mulai dari kelas I hingga kelas IV.
Di tempat terpisah, Kepala UPTD pembicara/" target="_blank">Pendidikan Cigugur Tata Sujana mengaku telah mengusulkan pembangunan ruang kelas jauh kepada instansi di tingkat yang lebih atas namun hingga saat ini belum terealisasi.
"Tahun lalu (2010) tidak ada anggaran untuk RKB (ruang kelas baru) sehingga tidak terealisasi, mudah-mudahan untuk tahun anggaran selanjutnya bisa terealisasi. Kami sudah mengusulkan kembali agar bisa dibangun ruang kelas yang memadai," terang dia.