Wisata dan Kuliner
Catatan Perjalanan Green Canyon dan Sungai Citumang

Catatan Perjalanan Green Canyon dan Sungai Citumang

Pangandaran, sebuah kota kecil di daerah Ciamis yang memiliki banyak tempat menarik untuk dikunjungi. Jika seseorang ditanya kesan apa yang pertama kali muncul ketika mendengar nama Pangandaran, sebagian besar pasti akan menjawab ‘pantai’.  Konotasi pantai memang melekat di pangandaran, pantai telah menjadi ‘icon’ dari Pangandaran. Pangandaran memang memiliki banyak tempat wisata laut yang sudah terkenal, seperti Batu Karas, Batu Hiu dan Pantai Pangandaran itu sendiri. Akan tetapi, berdasarkan kunjungan beberapa waktu lalu, obyek wisata yang paling bagus di Pangandaran justru bukanlah pantai atau lautnya melainkan sungai-sungai yang berada di sekitar pantai tersebut, seperti Green Canyon dan Sungai Citumang.

Berikut adalah catatan mengenai Green Canyon dan Sungai Citumang dimana eksotisme kedua tempat tersebut terlalu membekas di memori saya sehingga ingin rasanya untuk kembali dan kembali lagi.

Green Canyon/Cukang Taneuh

Green Canyon merupakan tempat wajib kunjung di Pangandaran. Ini adalah obyek wisata yang berpotensi menjadi unggulan dari wisata Pangandaran. Green Canyon atau Cukang Taneuh merupakan sebuah sungai yang awalnya merupakan sungai dimana masyarakat setempat seringkali membuang sesajen dan bahkan menurut mitos lama, ia merupakan tempat dimana para sesepuh seringkali bertapa.

Nama Green Canyon sendiri menurut penuturan kisah penduduk setempat yang menjadi pemandu kami, datang dari seorang peneliti Amerika bernama Bill. Pada masanya, Bill adalah peneliti biawak dan sedang mengadakan penelitian mengenai biawak di sekitar Cukang Taneuh pada tahun 1987an.

Dalam aktivitasnya tersebut, ia menemukan bahwa sepanjang sungai Cukang Taneuh memiliki pemandangan alam sekitar yang mirip sekali dengan Grand Canyon di Amerika hanya saja ia lebih kaya dengan biota tanaman dan tumbuhan sehingga tampak lebih hijau. Maka dari itu, Bill menamakan sungai itu Green Canyon dan kemudian berita itu tersebar dari mulut ke mulut dan lebih banyak lagi orang bule datang untuk menjelajah eksotisme dari Green Canyon.

Menurut pemandu kami, orang-orang bule merupakan orang pertama yang menjelajah Green Canyon pertama kali, jadi bisa dibilang orang Indonesia terlambat mengetahui potensi daerah itu dibandingkan orang asing, dan di sekitar tahun 2002 baru pemerintah daerah setempat mengambil alih hak kelola atas wisata green canyon namun dikarenakan publik (terutama orang asing) lebih mengenal dengan penamaan “Green Canyon”, maka hingga saat ini nama green canyon menjadi nama resmi dan ‘pengganti’ dari nama aslinya Cukang Taneuh.

Aktivitas wisata utama yang dapat dilakukan disini adalah body rafting. Body rafting ini tidak menggunakan rakit atau kapal melainkan kita berenang dengan pelampung menyusuri sungai. Terdapat banyak penduduk lokal sebagai penyedia paket jasa body rafting dengan harga yang tidak begitu mahal karena dengan 875ribu untuk sekitar 7 orang anda sudah mendapatkan pemandu (2), mobil bak menuju sungai di desa kertayasa, peralatan rafting lengkap (helm, pelampung, decker), kelapa muda dan makan siang.

Kami menggunakan jasa Pak Azwi (masyarakat setempat) sebagai penyedia jasa body rafting kami. Sesampai di dermaga Green Canyon dan bertemu

mengikuti arus sungai

kenal dengan Pak Azwi, kami langsung mengenakan peralatan rafting mulai dari helm, pelampung dan decker. Kemudian, setelah semua orang mengenakan peralatannya, kami menaiki mobil bak terbuka menuju Desa Kertayasa. Jalan menuju Desa Kertayasa sangat rusak dan berliku sehingga alangkah lebih baik menempuhnya dengan menggunakan kendaraan bak terbuka milik penduduk setempat dibandingkan dengan kendaraan pribadi. Setelah kurang lebih 20 menit menyusuri Desa Kertayasa, akhirnya kami sampai di starting point, setelah itu kami harus berjalan menuju sungai tempat kami memulai petualangan kami dengan sangat hati-hati sepanjang 500 meter karena jalanan sepetak yang licin dan menukik ke bawah dan berliku. Jika terpeleset maka anda bisa saja langsung jatuh ke jurang karena pinggiran anda adalah jurang-jurang menukik ke bawah.

Sesampainya di sungai, kami melihat debit air sedang bagus, air sangat jernih dan belum saja kami memulai body rafting kami sudah disuguhi pemandangan di sekitar sungai yang indah. Dari puncak starting point tersebut, anda dapat

Pemandangan Green Canyon (Starting Point)

melihat aliran sungai green canyon yang begitu jernih diapit oleh bukit-bukit yang membuat landscape tersebut enak untuk dilihat selama bermenit-menit. Ketika memulai petualangan body rafting, kami sudah harus melompat dari batu menuju sungai dan setelah itu kami tinggal mengikuti kemana arus akan membawa kami. Di beberapa spot kami terpaksa harus berdiri dan berjalan menyusuri batu-batu sungai untuk kemudian terjun kembali ke dalam sungai. Batu-batu tersebut sangatlah tajam dan lumayan membuat kaki serasa seperti di pijat refleksi sehingga disarankan untuk anda menggunakan sendal gunung ketika body rafting demi melindungi telapak kaki anda dari tajamnya batu-batu sungai yang menghadang anda.

Selama rafting sering-seringlah anda menoleh ke belakang karena anda akan menemukan sebuah frame pemandangan terdiri dari sungai dengan air yang

Seringlah menoleh ke belakang jika anda sedang body rafting, nanti pemandangan seperti inilah yang sering anda jumpai

jernih diapit dengan bukit di kiri dan kanan serta batu kali di tengah sungai tersebut, itulah eksotisme pemandangan Green Canyon, dan karena pemandangan seperti itulah yang membuat saya ketagihan terhadap tempat ini. Frame seperti itu seakan menghilangkan rasa lelah dari rafting dan sebanyak apapun dijepret ke dalam foto digital tetap terasa tidak cukup karena the best way to experiencing it adalah dengan melihat langsung.

Di penghujung jalan, kami memasuki sebuah goa dengan banyak batu staglanit di sekitar goa tersebut. Goa ini tidak seperti goa pada umumnya yang gelap, karena ia diapit oleh bukit dan agak terbuka sehingga sinar matahari banyak masuk. Jika anda berada dalam goa ini cobalah tanjaki pemandian putri karena disitu terdapat spot untuk foto yang bagus sekali dengan pemandangan GC. Dari pemandian putri tersebut kita juga bisa melihat frame pemandangan Green Canyon secara utuh.

Wajib lompat dari Batu Payung ini!!

Kemudian, setelah menaiki pemandian putri cobalah untuk melompat dari Batu Payung. Batu Payung memiliki ketinggian sekitar 5 meter sehingga melompat ke sungai dari batu tersebut merupakan pengalaman seru bagi saya dan ingin melompat dan melompat lagi.

Secara total, kami rafting menyusuri sungai sepanjang 6 km dan jika anda ingin melakukan body rafting sebaiknya anda mempersiapkan sendal gunung, perbekalan yang cukup terutama air minum dan kamera digital anti air/underwater. Kemudian, untuk penduduk lokal penyedia jasa body rafting anda dapat menghubungi Bapak Azwi di 085223173821. Penduduk lokal sangat ramah dan sebagai pemandu mereka sangat berpengalaman dengan medan di sungai tersebut sehingga yakinlah anda berada di tangan yang aman.

Saya dapat katakan jika anda ke Pangandaran tapi belum melakukan body rafting di Green Canyon maka dapat dikatakan anda belum merasakan keindahan Pangandaran yang sesungguhnya.

Sungai Citumang

Sungai Citumang merupakan obyek wisata kedua yang menarik dari Pangandaran setelah Green Canyon. Citumang terletak tidak begitu jauh dari Pantai Pangandaran, jika menggunakan mobil pribadi maka jarak tempuh kurang lebih memakan waktu sekitar 20 menit. Akan tetapi, yang perlu diperhatikan adalah sepanjang jalan kecil menuju Citumang itu rusak berat dan disarankan bagi anda untuk menggunakan mobil tinggi atau jika tidak anda bisa memarkir mobil di tikungan menuju Citumang dan melanjutkan perjalanan dengan menyewa ojek.

Sesampai di parkiran motor atau mobil, kita harus berjalan sejauh 1km atau kurang lebih 15 menit untuk mencapainya dan ketika anda telah sampai di Sungai Citumang maka anda akan menemukan sebuah sungai dengan air yang jernih. Menurut pemandu kami, yang istimewa dari sungai ini adalah bahkan pada musim kemarau pun debit air tetap tinggi dikarenakan ia langsung dari mata air gunung.

Di ujung sungai citumang terdapat sebuah goa besar. Anda dapat berenang terus ke dalam goa, dan menurut cerita pemandu kami dahulu pernah ada orang bule berenang menyusuri goa dengan peralatan diving lengkap (termasuk tabung oksigen) karena semakin anda berenang ke dalam goa maka semakin sulit untuk bernapas.

Saya sendiri lebih memilih untuk bermain di pinggiran goa saja, setelah itu berenang mengikuti arus sepajang sungai dan melompat berkali-kali dari puncak air terjunnya. Jika anda berenang di bawah air terjun citumang, cobalah untuk menuju goa kecil yang terletak dibelakang air terjun tersebut. Goa itu begitu kecil jadi ketika anda berenang

Lompaattt!

didalamnya berhati-hatilah agar kepala anda tidak membentur batu-batu staglanit disana. Untuk menuju kesana, jangan bergerak lurus menembus air terjun karena derasnya arus akan membuat anda berjuang setengah mati, untuk mempermudah berjalanlah dari pinggir dengan berpegangan kepada batu untuk membawa anda melawan arus.

Citumang bagi saya adalah tempat kedua terbaik di Pangandaran setelah Green Canyon, jadi jika anda ke Pangandaran sempatkanlah diri untuk berenang di sungai ini.

*) Tito Dipokusumo, Penulis adalah seorang blog yang biasa menulis di Kompasiana dengan alamat di http://www.kompasiana.com/tito.dipokusumo



#




Anda mempunyai konten untuk ditayangkan di myPangandaran.com dan jaringannya seperti berita, opini, kolom, artikel, berita foto, video, release Perusahaan atau informasi tempat bisnis di Pangandaran. Kirimkan tulisan anda melalui Kontribusi dari Anda
Banner Header

Berikan Komentar Via Facebook

Wisata dan Kuliner Lainnya
Tips Menulis IT di Media Cetak dan Koran
Tips Menulis IT di Media Cetak dan Koran
Jum'at, 19 November 2010 05:47 WIB
Beberapa waktu yang lalu ada temen di group ini yang menanyakan kepada saya tentang bagaimana tips untuk menulis di koran ataupun di media cetak. Walaupun tulisan saya tidak begitu banyak di media cetak (Khususnya Pikiran Rakyat), tapi saya coba berbagi barangkali ada temen-temen yang membutuhkan.
Hari Pangan Sedunia, Ketahanan Pangan Lokal Tersingkir oleh Produk Impor
Hari Pangan Sedunia, Ketahanan Pangan Lokal Tersingkir oleh Produk Impor
Minggu, 16 Oktober 2011 14:37 WIB
Hari Pangan se Dunia jatuh pada Tanggal 16 Oktober 2011, namun hal ini hanya sedikit orang yang mengetahuinya, bahkan mereka menganggap hal biasa-biasa saja.namun dengan menjamurnya jenis pangan Impor kita turut prihatin atas kebijakan pemerintah yang telah membiarkan itu terjadi.
Menunggu Berdirinya Universitas Pangandaran
Menunggu Berdirinya Universitas Pangandaran
Jum'at, 21 Maret 2014 10:29 WIB
Wacana akan kebutuhan ruang pendidikan terutama jenjang akademi dan bertaraf universitas, sudah bergulir jauh sebelum terbentuknya Pangandaran sebagai Daerah Otonimi Baru dan terbentuk sebagai Kabupaten pariwisata yaitu Kabupaten Pangandaran. Wacana tersebut rupanya sudah sampai dalam tahapan yang lebih serius mengingat pada (22/01) lalu, Penasehat Yayasan Pendidikan Pangandaran (YPP) H.Danny Setiawan yang juga mantan Gubernur Jawa Barat dan Tjatja Kuswara mantan Plt Bupati Bandung Barat serta jajaran pengurus Universitas Pangandaran (Unipan) Yayasan Pendidikan Pangandaran (YPP) bersilaturahmi dengan Pj. Bupati Pangandaran H. Endjang Naffandy. Dalam pertemuan tersebut, Selain silaturahmi, agenda tersebut sekaligus menyampaikan kabar baik yakni izin dari Dikti untuk pendirian Unipan segera terbit sehingga dalam waktu dekat ini Unipan segera terbentuk. “Agenda lainnya, kami berharap dukungan dan dorongan dari Pak Bupati demi kelancaran pendirian Unipan,”ujar Ketua YPP Unipan, Hadi Sudar
Mau booking hotel, penginapan, travel dan tour? call 0265-639380 atau klik disini