Bicara tentang Pangandaran, daerah yang memiliki destinasi wisata yang cukup banyak. Dari mulai pantainya yang cantik, cagar alamnya yang menyimpan banyak sekali flora dan fauna, serta curug yang sangat sejuk dan indah untuk dikunjungi para wisatawan. Tidak hanya bisa dijadikan tempat wisata, tetapi dengan memanfaatkan tempat wisata tersebut, bisa dijadikan salah satu peluang untuk membuka usaha bagi para pelaku usaha, seperti bejualan oleh-oleh disekitar pantai agar bisa menjadikan para wisatawan sebagai target usaha, karena besar peluang para wisatawan yang berasal dari luar daerah membeli oleh-oleh untuk dibawa ke daerah asalnya, dan tentunya masih banyak lagi peluang usaha yang ada di Pangandaran dengan memanfaatkan destinasi wisata yang ada di Pangandaran.
Selain itu, Pangandaran juga menyimpan kisah yang menginspirasi dari para lansia yang masih tetap semangat untuk mencari nafkah. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2, bahwa yang disebut dengan lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas, baik pria maupun wanita.
Saat mengunjungi salah satu wisata di daerah Pangandaran, terlihat beberapa lansia yang dengan semangat menjajan barang dagangannya. Menariknya, semangat yang terpancar dari mereka justru menjadi daya tarik tersendiri. Tidak terlihat lesu atau kehilangan semangat, melainkan kegembiraan dan dedikasi dalam setiap langkah mereka. Melalui interaksi saat membeli barang dagangan mereka, saya pun mendengarkan sebagian kisah hidup mereka, yang tak hanya menceritakan perjuangan, tetapi juga kebahagiaan yang mereka temui sepanjang perjalanan berjualan.
Tak sulit rasanya menemukan lansia yang masih giat mencari nafkah di Pangandaran. Mereka menjalani kehidupan dengan menjual barang dagangannya dan menawarkan jasanya untuk mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Ketika saya membeli barang dagangan mereka, mereka menceritakan sebagian dari kisah hidupnya, memberikan wawasan mendalam tentang perjuangan dan kebahagiaan yang Ia temui sepanjang perjalanan berjualan.
Lantas, apa rahasia di balik semangat tak kenal usia ini? Bagaimana para lansia mampu menjadikan kegiatan mencari nafkah sebagai sumber kebahagiaan? Mari kita telaah lebih dalam lika-liku dan motivasi dari para lansia, Juju Juaningsih, yang menjadi representasi cerita menginspirasi dari Pangandaran.
Salah satu lansia yang saya temui bernama Juju Juaningsih yang usianya sudah menginjak 60 tahun, Ia merupakan warga asli Wonoharjo dan berdagang di pinggir Pantai Barat Pangandaran. Banyak dagangan yang Ia jual seperti mie instan, kopi, dan minuman lainnya. Ketika saya membeli kopi di tempat Ia berjualan, Ia bercerita banyak hal mengenai dirinya. Ternyata berliau tidak hanya berjualan makanan dan minuman saja, tetapi juga Ia mempunyai semacam selancar untuk anak kecil yang bisa disewakan.
Ia sudah berjualan dari sebelum pandemi Covid-19, sempat berhenti ketika ada pandemi Covid-19 karena Pantai ditutup dan Ia mendapatkan bantuan dari pemerintah yang membuat Ia tidak berjualan ketika Covid-19, Ia melanjutkan kembali berjualan pada tahun 2022 yaitu pada saat pandemi mulai mereda dan berlanjut sampai sekarang. Ia merasakan dampak dari adanya pandemi Covid-19, perbedaan yang dirasakan sebelum dan sesudah Covid-19 yang sangat terasa, karena “waktu sebelum ada pandemi Covid-19 dulu pendapatan yang ibu dapat tuh bisa dibilang lumayan besar dan bisa diprediksi sama ibu, sekitar Rp. 800.000 sampai Rp. 1.000.000, tapi setelah pandemi selesai pendapatan yang ibu dapat susah buat ibu prediksi soalnya sering banget sepi pengunjung dan hanya ramai pengunjung ketika weekend aja, itupun yang ibu dapat ga sebanyak sebelum pandemi, yah sekitar Rp. 500.000 sampai Rp. 700.000 itu kotornya, kalau bersihnya hanya Rp. 300.000 sampai Rp. 400.000,” ujar Juju.
Ada hal yang menjadi terbatasnya Juju, ternyata yang berjualan di pantai sudah ada bagiannya masingmasing, seperti Juju Juaningsih yang ternyata tidak boleh berjualan gorengan “gaboleh jualan gorengan, soalnya udah ada bagiannya misal yang di pinggir pantai kayak ibu ini gaboleh jualan gorengan dan cuma jualan kayak gini aja sama jagain alat selancar itu. Kalau bagian yang jualan gorengan atau makanan yang lainnya itu ada di bagian sana (menunjuk ke arah pinggir jalan),” ujar Juju.
Juju Juaningsih mempunyai suami yang merupakan seorang pekerja keras juga bernama Hendris yang sudah berusia 63 tahun. Ia merupakan berprofesi sebagai tukang bangunan, dan menjadikan profesinya itu sebagai sumber mencari nafkah untuk keluarganya.
Motivasi di Balik Kesulitan
Dibalik cerita sulit dan lika liku yang dialami oleh Juju Juaningsih, ternyata Ia tidak menjadikan itu sebagai halangan yang membuat Ia patah semangat dan tidak mau berjualan lagi. Namun, hal tersebut ia jadikan sebagai penyemangat dalam berjualan, karena menurut Juju “ibu mah jualan bukan cuma buat nyari uang, tapi emang jualan tuh udah jadi kegiatan sehari-hari dan udah jadi kesenangan aja buat ibu, soalnya kalau ibu jualan jadi bisa ketemu temen-temen dan bisa ketemu orang banyak nih contohnya kayak ketemu sama kamu,” ujar Juju.
Juju juga menceritakan bahwa penghasilan yang ia dapatkan sudah sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup Keluarganya. “kalau penghasilan segitu tuh udah lebih dari cukup buat keluarga ibu, soalnya kan bapak juga kerja, terus anak-anak ibu juga udah pada besar dan udah kerja dua-duanya,” ujar Juju. Ternyata ibu Juju ini mempunyai 2 anak yang sudah bekerja, anak pertama bekerja di Bogor dan anak kedua bekerja sebagai penjual Jambal Roti yang tempatnya tidak jauh dari tempat Juju jualan, mereka berdua ternyata termotivasi oleh kedua orang tuanya yang masih semangat bekerja walaupun sudah memasuki usia lansia.
Juju menjelaskan kenapa tidak boleh jualan gorengan, ia menganggap hal tersebut sebagai bentuk berbagi rezeki kepada sesama penjual yang ada di pantai, “kalau itu ibu anggap bagi-bagi rezeki aja buat yang lain, yah walaupun emang jadi terbatas mau jualan apa, tapi buat ibu jualan ini juga udah cukup banget,” ujar Juju.
Berdasarkan cerita dari Juju Juaningsih tentang suaminya yaitu Hendris, walaupun usia suaminya itu tidak muda lagi, tetapi masih memiliki semangat untuk bekerja. Mereka tidak pernah patah semangat untuk mencari nafkah dan justru semua hal yang menjadi kesulitan saat bekerja, mereka jadikan sebagai penyemangat untuk terus bekerja, dan mereka justru menjadi motivasi kedua anaknya untuk bekerja lebih keras dari kedua orang tuanya.
Juju meceritakan tentang suaminya “bapak tuh walaupun usianya di atas ibu, tapi bapak tuh semangat banget kalau kerja malah lebih semangat dari ibu”, kata Juju menceritakan suaminya. Ternya dibalik usia yang sudah memasuki lansia, Juju Juaningsih dan suaminya yang bernama Hendris tidak pernah patah semangat untuk mencari nafkah dan justru semua hal yang menjadi kesulitan saat bekerja, mereka jadikan sebagai penyemangat untuk terus bekerja, dan mereka menjadi motivasi kedua anaknya untuk bekerja.
Kesanggupan Lansia di Pangandaran
Dengan adanya cerita tentang Juju Juaningsih dan Hendris, menunjukan bahwa lansia di Pangandaran tetap berdaya dan mampu untuk menghidupi diri, keluarganya, dan bermanfaat untuk masyarakat. Mereka juga menjadikan segala kesulitan yang mereka hadapi sebagai kebahagiaan dan penyemangat untuk lebih giat serta pantang menyerah dalam bekerja.
Melalui pengalaman bertemu dengan para lansia yang tetap bekerja di Pangandaran, terdapat cerita hidup yang tak hanya berfokus pada mencari nafkah, tetapi juga pada kebahagiaan dan semangat yang menyala di dalam diri mereka. Kisah-kisah ini menjadi bukti nyata bahwa usia bukanlah penghalang untuk tetap produktif dan bermakna dalam masyarakat. Sebuah cerminan kearifan lokal dan semangat hidup yang masih berkobar di setiap langkah lansia di sekitar Pantai Barat Pangandaran, menambah warna dan makna dalam perjalanan wisata ini.
*) Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran