Pada Mei 2009 yang lalu saya dan teman-teman berhasil juga
merealisasikan keinginan berwisata ke Green Canyon. Meskipun perjalanan
dilakukan pada Mei 2009 namun pesona dan kesannya masih terasa hingga
saat ini. Green Canyon terletak di Desa Kertayasa, Ciamis, Jawa Barat,
kurang lebih 31 km dari Pangandaran. Nama Green Canyon dibawa oleh dari
seorang berkebangsaan Prancis. Warna air sungai yang kehijauan mungkin
menjadi alasan tempat ini disebut Green Canyon. Sedangkan nama
sebelumnya, Cukang Taneuh berarti jembatan tanah karena adanya jembatan
dengan lebar 3 meter dan panjang mencapai 40 meter yang menghubungkan
antara Desa Kertayasa dengan Desa Batukaras.
Tujuan kami kesana
adalah terowongan menyerupai gua, berada di bawah jembatan tanah yang
dikenal dengan Gua Green Canyon. Untuk mencapai gua tersebut, kami harus
menyusuri sungai Cijulang menggunakan perahu yang penduduk setempat
namai dengan ketinting. Perahu ini hanya mampu ditumpangi oleh 5
penumpang, waktu itu harganya 75 ribu per perahu. Tidak terlalu mahal
bukan? Dan karena waktu itu kami berenam, maka dijadikan satu tim (satu
perahu). Waktu yang diperlukan untuk melakukan perjalanan yang dimulai
dari dermaga Ciseureuh menuju gua kurang lebih 30 menit.
Di sisi
aliran sungai Cijulang, kami dapat menikmati banyak tebing bukit yang
ditumbuhi hijaunya pepohonan yang rimbun dan bebatuan yang menghiasi
tebing tsb. Perjalanan tidak akan membosankan karena pemandangan yang
indah dan santainya menikmati aliran sungai. Naik ketinting juga dapat
menciptakan keunikan tersendiri, khususnya bagi yang menyenangi air. Di
sepanjang sungai, bila beruntung beberapa kali saya melihat beberapa
ekor biawak yang terlihat nemplok di pepohonan. Kedalaman sungai ini
menurut guide bisa mencapai 7 meter. Sedangkan di Green Canyon sendiri
bisa sampai 4 meter.
Saat hampir sampai, jalur masuk perahu akan
menyempit, karena terhalang oleh bebatuan besar di mulut gua Green
Canyon, sehingga perahu harus bergantian untuk bisa memasuki jalur ini.
Untuk itu disediakan pengatur yang memberi arahan untuk para pengemudi
perahu agar dapat melaju dengan tertib.
Mendekati mulut gua,
ketinting tidak dapat lagi mengantarkan kami karena jalur yang tidak
mungkin dilalui. Bila ingin masuk ke dalam lagi harus berenang dengan
menggunakan pelampung. Hampir semua perahu kosong karena para
penumpangnya sedang masuk menjelajah lebih ke dalam. Guide menyarankan
agar kamera dimasukkan ke dalam plastik dan bisa menitipkannya kepada
guide bila kita ingin foto-foto di dalam.
Pemandangan yang indah
siap menanti setelah kami turun dari perahu. Saya dapat menikmati sisi
gua yang kokoh dengan melihat stalagtit dan stalagmit yang masih
meneteskan air. Air terus menerus dikeluarkan di tebing sehingga daerah
ini disebut sebagai daeah hujan abadi. Saya juga dapat berenang dalam
gua dengan menggunakan pelampung. Kami merasakan air yang terasa dingin
dan menyegarkan. Pemandangan semakin mempesona ketika menyaksikan air
terjun Palatar yang terdapat dalam Gua Green Canyon. Pemandangan
stalagtit dan stalagmit yang eksotis, ditambah percikan air yang
menetes, dan cahaya matahari yang menerobos masuk ke dalam melewati
tebing tak beratap memberikan pemandangan yang cantik. Wawwww....!!!
Menyusuri
aliran air harus berhatii-hati, karena arus yang cukup deras, bisa saja
terseret. Belum lagi batu-batuan di dasar membuat kaki bisa terluka
bila tidak berhati-hati. Ada sebuah bagian di mana air cukup deras,
sehingga kami harus meniti pada dinding tebing.Dengan berpegangan pada
celah-celah batu, mengingatkan saya pada olah raga panjat tebing yang
bertumpu pada kekuatan jari. Bila tidak berhati-hati, saya juga bisa
terluka karena beberapa permukaan batu yang tajam.
Selanjutnya
guide menggirin kami untuk menaiki tebing-tebing tinggi tersebut dan
mencapai suatu kolam kecil di atas tebing dimana airnya berasal dari
tetes-tetes air yang tertampung di dalam cekungan. Cekungan ini sering
disebut dengan Kolam Putri. Diyakini dulunya dijadikan sebagai pemandian
seorang Putri. Untuk menuju ke sana, kami harus memanjat tebing
setinggi sesayar 5 meter dengan bebatuannya yang licin, disarankan untuk
lebih berhati-hati. Konon dipercaya bila menyelam sambil menahan napas
di kolam ini maka akan awet muda. Air di kolam ini dingin, jernih dan
segar, selain itu dari atas sini kami dapat melihat pemandangan yang
indah. Benar-benar luar biasa!
Puas berendam di Kolam Putri, kami
akan kembali ke perahu dengan cara berenang kembali menyusuri air dan
arus yang deras. Kami menikmati mengapung dengan telentang dan
membiarkan badan terseret arus sembari menikmati pemandangan di atap
gua. Bener-bener indah!
Kami juga akan ditawari untuk melakukan
loncat indah dari sebuah batu besar ketinggian 4 meter disebut batu
payung. Melompat dari batu ini tentu akan memicu adrenalin tersendiri.
Bayangkan melompat dari 4 meter dengan pemandangan di bawah berupa
aliran air yang deras dan beberapa batuan besar, tentu saja memerlukan
ketelitian dan keterampilan yang tinggi. Namun hal tersebut aman karena
tidak sedikit juga wisatawan yang melakukannya.
Berenang di air yang
dingin sambil menikmati tebing-tebing tinggi dan melihat stalagtit dan
stalagmit yang begitu banyak dan tingi-tinggi, bagi saya merupakan
pengalaman tersendiri yang tidak terlupakan. Selanjutnya perjalanan
pulang akan menggunakan perahu kembali dan kami menikmati angin yang
berdesir dan sinar matahari yang mengeringkan tubuh dan pakaian kami
yang basah.
Sedikit catatan: sebaiknya berkunjung ke daerah ini
pada musim kemarau karena pada musim tsb, air sungai Cijulang berwarna
hijau tosca. Sedangkan pada musim hujan, saat curah hujan tinggi, air
sungai berwarna coklat. (Sumber travel.detik.com)