Mei : Meilelahkan sekaligus Meinyenangkan!
Menyambungdari kegiatan sebelumnya ke Ujung Genteng dan Ujung Kulon, kali ini temanku yang kebetulan menjadi EO sebuah trip, menawarkan Green Canyon dan Pangandaran (pantai). Aku memang sudah lama ingin ke tempat ini. Penasaran!! Setiap orang yang kujumpai dan hobbynya menikmati alam, akanmengatakan : Keren!! , untuk tempat ini. Kalau penasaran, harus buktikan sendiri dong? Untuk tanggal 21 - 23 Mei, maka tawaran Chris pun tidak aku sia-siakan.
Setelahmenabung sedikit demi sedikit dan mendapat restu mama, aku mendaftarkandiri. Awalnya, mama tidak mengizinkanku karena jadwalku bulan Mei ini menurutnya terlalu melelahkan. Urusan pekerjaan yang dikejar “target waktu” dan belum lagi minggu depan ada rencana keberangkatanku ke kota lain plus latihan ping pong yang juga tetap jalan. Mama takut aku sakit. Tapi, setelah berhasil meyakinkan bahwa aku bisa dan tidak akan terlalu lelah, akhirnya mama mengizinkan. Plus, berjanji pada hari Seninkeesokan harinya akan bersikap profesional untuk bekerja lagi di kantor. Maklum, beliau tidak suka orang yang mangkir karena alasan yang klise! Hehehe…Cihuuuyyy…makacih mama..
Paketperjalanan kali ini seharga Rp660.000 termasuk asuransi. Berangkat Jumat malam dan pulang ke Jakarta diprediksikan sampai malam, sekitar jam 10. Hari itu, latihan ping pong kucukupkan hanya 1 jam saja, sampai jam 7 malam. Selanjutnya, aku mempersiapkan diri untuk berangkat jam 9 malam. Oh ya, kali ini aku bersama Koko. Ternyata, temanku yang satu ituingin menikmati alam juga. Dan seperti biasa, aku telah “pamit” pada beberapa teman terutama rekan kerjaku, seandainya terjadi apa-apa denganku. Ya, kapan dan dimanapun terutama ketika pergi jauh, sangat penting untuk mengikhlaskan diri akan sesuatu yang mungkin terjadi.
***
Green Canyon : 50 Menit yang Mendebarkan sekaligus Memukau!
Ketikasampai di bus, ternyata ada sekitar 24 peserta plus 3 orang EO. Pesertanya cukup banyak yang kebanyakan wanita, mungkin sama penasarannya dengan aku. Bahkan 3 orang diantaranya telah kukenal sebelumnya ketika perjalanan Ujung Genteng dan Ujung Kulon. Ada bule danistrinya yang kebetulan orang Indonesia (soal kewarganegaraan, tidak tahu ya). Ada juga ayah dan anaknya yang sedang cuti kuliah jurusan fotografi di sebuah University di Singapore. Tak luput juga, ada kakak adik yang ikut disini. Adik yang kebetulan cowok itu baru kelas 1 SMA. Dia peserta termuda, mengalahkan recordku bila jalan-jalan. Hehehe…Berbeda latar belakang pekerjaan, suku, agama, sifat dan terutama: Kamera! Hehe..disinilah kesempatan sesama fotografer mulai dari amatir dan profesional saling berbagi ilmu.
Setelahmembagikan snack, air mineral dan pembagian kamar, kami memulai perjalanan yang didahului dengan doa masing-masing. Sekitar pukul 9.30 malam, bus melaju menuju Pangandaran dengan perkiraan waktu selama 8 jam. Menurut Itinerary, jika berjalan mulus maka kami akan sampai sekitar jam 5.30 pagi. Masih bisa menikmati sunset yang indah di Pangandaran. Cihuyyy..rasanya semangat sekali! Tapi, apa daya..ternyata selama perjalanan yang memakan waktu 8 jam melewati jalur Tasikmalaya, Ciamis dan Banjar di beberapa titik turun hujan. Termasuk ketika kami sampai di sekitar Pangandaran. Karenahujan, akhirnya kami sampai di sana sekitar pukul 06.00 tanpa bisa menikmati matahari terbit (sunrise). Hiks..abis, mau gimana lagi?
Panitiamengumumkan jadwal acara berikutnya. Rencananya, pukul delapan kami akan sampai ke Green Canyon dan mulai untuk menikmati alam dengan “cebur-cebur”. Sarapan tersedia jam 7 dan sebelumnya peserta diberi kesempatan untuk membersihkan diri ataupun sholat. Disarankan untuk membawa perlengkapan seperlunya selama di Green Canyon. Atau, jika membawa barang lainnya (baju ganti) dapat diletakkan di bus. Selain itu diingatkan juga untuk tidak menggunakan pakaian berwarna putih, karena biasanya selesai hujan air akan berubah warna menjadi coklat.
Kamibergegas turun menuju kamar masing-masing. Banyak diantara kami secara alamiah sepakat untuk tidak mandi. Cukup cuci muka dan sikat gigi saja serta melakukan ritual pagi hari. Hehehe…bagi yang hendak sholat, merekamandi. Kenapa tidak mandi? Karena toh nantinya kami akan mandi juga di Green Canyon. Lagi pula, sekamar bisa 4 orang, kalau semuanya mandi makawaktu akan berkurang. Disini waktu berperan penting. Meskipun semuanya santai tapi diharapkan semuanya sigap, cepat dan tidak berleha-leha dengan waktu karena acara telah tersusun rapi.
Ketikamakan adalah waktu yang tepat untuk berkenalan dengan sesama peserta meskipun tidak semuanya. Disinilah cerita tempat-tempat eksotis dan menarik akan keluar. Pengalaman-pengalaman yang indah dan lucu juga ada.Dari sini pula, biasanya akan ada ide tempat mana yang belum dikunjungi. Termasuk, bercanda juga lho..
Darihotel tempat kami menginap harus melewati perjalanan sekitar 20 menit menuju ke Green Canyon. Di depan Pintu Gerbang yang dipisahkan jalan raya, ada pelataran parkir bus plus warung-warung penjual makan dan pakaian. Tidak ketinggalan, jasa toilet umum mulai dari yang bersih hingga yang kurang bersih. Harganya sama, Rp2.000 jika mandi. Tergantungkita, memilih tempat yang nyaman untuk mandi, setelah keluar dari GreenCanyon.
Cukang Taneuh/Green Canyon, begitu tulisan di Pintu Gerbang lokasi wisata ini. Cukang Taneuh sendiri artinya Jembatan Tanah. Istilah Green Canyon (Lembah Hijau) sendiri konon katanya karena airnya yang hijau tosca. Untuksampai ke sana, kami harus menggunakan perahu selama kira-kira 20 menityang dibatasi jumlah orangnya. Cukup 5 orang peserta plus guide dan pemilik perahu (2 orang). Itu pun duduknya harus diatur, kiri dan kanan harus seimbang. Hehe..takut terbalik kali ya?
Ketika menyusuriSungai Cijulang, akan terhampar air berwarna hijau tosca. Sesekali tanganku kucelupkan ke air yang dingin. Hm..rasanya segar dan nikmat. Disebelah kiri dan kanan akan kita lewati pula tebing bukit yang ditumbuhi pepohonan. Hijau..Hijau dan Hijau lagi! Sesekali, kami bertemu dengan wisatawan yang berbeda arah (pulang dari Green Canyon). Adaperbedaan mencolok. Jika wisatawan asing, mereka akan tersenyum dan melambaikan tangan. Jika wisatatan domestik? Cuma lihat, lalu buang muka. Hehehe…kami jadi salah tingkah.
Tebing-tebing yang tinggi itu mengalirkan air terus menerus, bak hujan. Indah sekali. Ada stalagtit juga. Keren!! Berikut foto-foto yang bisa diambil sebelum sampai ke mulut gua.
Sampaidi suatu titik, kami tidak lagi bisa menggunakan perahu. Setelah melihat situasi, beberapa diantara kami memutuskan untuk menitipkan kamera, takutnya basah.Tapi, sebagian teman yang lain menggunakan dry bagdan tetap membawa kameranya sampai ke air terjun. Ketika menginjakkan kaki ke bebatuan yang berbentuk karang, kakiku menginjak anak kepiting. Oww..kaget, geli sekaligus takut menyakiti mereka. Bak semut yang keluardari sarang, batu itu penuh anak kepiting.
Kerjasama Penting!
Menyelamdimulai, menggunakan tambang yang diikatkan pada tebing. Itu pun hanya ¼perjalanan saja. Masing-masing peserta menggunakan pelampung. Diingatkan untuk saling menolong satu sama lain, meskipun didampingi guide. Seorang guide menyelam dan menunjukkan cara bagaimana kami harus melawan arus dengan tetap berpegangan pada tambang. Ini mengingatkanku pada pelatihan samapta yang pernah kuikuti dulu. Seingatku tidak terlalusulit, karena arusnya waktu itu tidak terlalu deras. Tapi, kali ini akusedikit khawatir. Seorang teman pria mulai menyelam, kemudian aku. Setelahbeberapa kali memindahkan tangan pada tambang, tiba-tiba pengait pelampungku lepas. Aku akhirnya harus melawan arus seolah-olah tanpa pelampung. Melihat kondisiku, seorang teman yang kebetulan wanita menawarkan aku agar berpindah tempat. Akhirnya, dengan cara cepat kami pun bertukar tempat. Aku disuruh memegang pelampungnya. Dia di depanku menuntunku menuju batu pertama. Ah..dia baik sekali, trims ya..
Ketikahendak sampai di batu pertama, kami berpisah dan ditolong oleh guide. Ketika itulah, kaki temanku tadi menabrak batu, dan kuku jempol kakinya terangkat. Darah segar mengalir dari kakinya. Meskipun kukunya masih melekat, tak urung aku merasa bersalah. Dengan sigap, panitia membalutkan saputangan dan pertolongan pertama untuknya.
Menujubatu berikutnya, kami harus berpegangan pada dinding tebing yang tajam (mencengkeram) sambil melawan arus. Harus pelan-pelan, karena takut terlepas. Oleh para guide, kami pindah jalur dengan pertimbangan lintasannya lebih mudah. Itu pun harus punya strategi “menyelam setengahlingkaran”.
Yangpaling kasihan adalah peserta termuda. Badannya yang kurus itu kedinginan dan bergetar di dalam air. Apalagi, ketika di atas batu dia semakin kedinginan karena terkena angin. Akhirnya, aku dan temanku memberikan pelampung untuk diselimutkan kepadanya. Koko yang membawa coklat dalam kantung drybagnya memberikan pada Rudy, si adik itu. Berlanjut ke batu berikutnya, kami pun tetap saling tolong menolong. Adajuga peserta yang kameranya rusak. Ini terjadi karena kekeliruan cara mengamankan drybag. Seharusnya, drybag diber udara, dilapis 2 dan di cekapakah bocor atau tidak. Alhasil, kamera tidak dbisa digunakan, kecualikamera underwater ataupun kamera yang selamat. Sedih sih..tidak banyak fotonya..
Setidaknya,kami harus melewati 4 batu besar sebagai persinggahan untuk sampai ke dekat air terjun. Seorang teman menghitung, untuk sampai ke dekat air terjun membutuhkan waktu 30-45 menit. Menikmati alam dengan duduk sejenak sekitar 2-3 menit. Sedangkan kembali ke perahu, butuh 2 menit saja menggunakan bantuan arus yang deras.
Ya..disaat duduk sekitar 3 menit itulah aku menikmati Green Canyon ini. Mulaidari awal hingga sampai ke batuan, rasanya indah dan nikmat. Sejuk dan dingin. Cuma bisa bersyukur atas ciptaanNya yang indah ini.
Ketikakembali, kami diajari untuk kembali menggunakan arus deras dan mengapung dengan kaki di depan untuk menghindari kaki ataupun tubuh yanglain terantuk batu. Ketika mengapung, aku bertemu dengan seorang panitia, David. Sepertinya, saat itu aku tidak bisa menguasai arus. Akhirnya, David menawarkan untuk mengikutinya dengan memegang pelampungnya. Hehe..tetap saja, kakiku menabrak batu juga.
Green Canyon : Keren! Indah dengan segala rupa keunikannya.
Semuapeserta kembali dengan selamat dan capek. Sekembalinya disana, kami mandi di toilet umum. berikutnya, kami disuguhi makan siang dan air kelapa muda. Slurrrppp…nikmat..
Mau, Mau, Mau?
Silveria Verawaty *) Penulis Adalah Blogger Aktif di Kompasiana, menulis tulisan ini hasil pengalaman langsung ke GreenCanyon untuk Kompasiana dan myPangandaran. Penulis aktif menulis di http://www.kompasiana.com/silveria