Pagi menjelang, kehidupan pagi hari pun dimulai dikawasan pantai Pangandaran, Jawabarat. Seiring irama alam, beberapa nelayan mulai melakukan aktivitas nya melaut. Mereka mulai bergegas, berlomba dengan sang waktu. Jangan sampai mereka didahului oleh sengatan trik sinar mentari dan gulungan ombak yang semakin tinggi menjulang. Warga dikawasan Pantai Pangandaran memang dikenal sebagai nelayan yang tangguh, karena sebagian besar dari mereka berasal dari Cilacap yang tersohor dengan nelayan-nelayan nya yang pandai melaut. Hanya menggunakan perahu dengan mesin-mesin berkekuatan 5 sampai 12 tenaga kuda mereka mampu melaut hingga 3 Mill jauh nya dari bibir pantai. Bahkan mampu mengarungi laut hingga 3 hari lama nya. Biaya yang diperlukan untuk sekali melaut sekitar Rp. 200.000.00 (Dua Ratus Ribu Rupiah). Rp. 100.000.00 (Seratus ribu rupiah) untuk membeli bahan bakar, dan sisa nya untuk bekal selama melaut.
Panorama pantai Pangandaran dengan deburan ombak setinggi dua hingga tiga metter terlihat sungguh indah, terlebih lagi di sudut pantai terlihat beberapa perahu di atas hamparan pasir menjadikan suasana alami kehidupan nelayan semakin jelas terlihat. Sebelum melaut para nelayan ini pun menyiapkan perahu dan peralatan menangkap ikan. Gulungan ombak yang menari-nari menghempas dan tertiup menggoda. Para nelayan bersiap melaut mendorong perahu ke bibir pantai mencoba mencari celah menembus barisan ombak yang menghadang. Saat perhau mengapung bergegas mesin perahu melaju memecah ombak.
Ketika para nelayan berjuang keras mencari nafkah di tengah laut, istri-istri mereka menunggu hasil tangkapan sambil berbenah rumah, memasak seadanya serta menjual ikan hasil tangkapan. Bahkan ada juga yang bekerja di warung-warung makan disekitar pantai Pangandaran, benar kehidupan nelayan masih dalam kondisi menyedihkan, ibarat itik berenang di danau kehausan dan ayam mati kelaparan di lumbung padi. Kadang hasil penjualan ikan hanya cukup untuk makan harian keluarga, sehingga tidak sampai menjangkau kebutuhan lainnya. Belum lagi beban berat lainnya yang harus mereka pikul atau mereka tanggung jika pemerintah kembali menaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak), Bahan Bakar Minyak merangkat naik penderitaan mereka pun semakin berat.
Meski sepanjang hari mencari ikan di tengah laut kadang hasil yang didapat tidak seberapa. Beberapa kendala tentu nya tidak membuat mereka berkecil hati, mereka tetap semangat berapa pun ikan yang di dapat nya. Mereka harus kembali ke rumah, ikan-ikan hasil tangkapan nya di jual di TPI (Tempat Pelelangan Ikan) atau di Pasar Ikan. Pembeli nya tak lain yaitu pengunjung pantai, pemilik rumah makan, dan masyarakat sekitar pantai Pangandaran. Diserpaan hembusan angin pantai, para pengunjung tinggal melahap ikan sesuai olahan pesanan. Itulah kenikmatan di tengah denyut nadi kehidupan nelayan pantai Pangandaran, Jawabarat. Panorama pantai Pangandaran yang Indah ternyata tidak sebagus kehidupan nelayan kampung nya. Mereka hanya bisa pasrah kepada sang maha kuasa yang memiliki alam beserta isi nya.
Seharus nya disini lah peran pemerintah yang harus jalan demi kemajuan nelayan khusus nya di pantai Pangandaran, Jawabarat. Pemerintah melalui Dinas Kelautan dan Perikanan harus memfasilitasi nelayan. Bantuan bukan hanya soal dana untuk usaha tetapi lebih baik dengan fasilitas-fasilitas untuk nelayan. Misalkan saja mesin-mesin, pajeko, dan alat jaring ikan. Selama ini juga bantuan dari pemerintah tidak tepat sasaran, lantaran banyak nelayan yang benar-benar tidak menikmati bantuan tersebut. Tidak tepat sasaran karena hanya nelayan berdasi atau nelayan pengusaha perikanan yang menikmati bantuan itu.
Artikel kiriman dari Ujang Rusli Suherli JL.PALEDAH SINDANGKERTA RT.14 RW.13 PADAHERANG