Idealnya, pembelajaran sejarah selalu
berangkat dari masalah dan fenomena lokal, agar anak didik mempunyai
perasaan memiliki dan membutuhkan terhadap pelajaran yang disampaikan.
Materi tentang sejarah Kerajaan Galuh misalnya akan mempunyai daya
tarik tersendiri bagi anak didik di Ciamis, Sejarah Sukapura untuk anak
didik di Tasikmalaya pun seperti itu, tentunya sangat berbeda bila
dibandingkan dengan mempelajari sejarah di daerah lainnya. Bukan
berarti sejarah di tempat lain itu tidak perlu dipelajari, akan tetapi
sejarah lokal menjadi suatu dasar bagi siswa untuk mempelajari sejarah
tentang daerah lainnya. Jadi memasukan sejarah lokal sebagai suatu
kurikulum di sekolah memegang peranan yang sangat urgen untuk
membangkitkan kecintaan pelajar kepada daerahnya.
Taufik Abdullah (1996)
mendefinisikan sejarah lokal sebagai “sejarah dari suatu tempat”, suatu
locality yang batasnya ditentukan oleh perjanjian penulis sejarah.
Penulis bebas menentukan batasan penulisannya, apakah dengan wilayah
kajian geografis dan etnis. Sejarah lokal bersifat elastis, bisa bicara
tentang suatu desa, kecamatan, kabupaten, tempat tinggal suatu etnis,
dan suku bangsa yang ada dalam suatu daerah atau beberapa daerah.
Selama ini sejarah yang diajarkan di sekolah kurang bermakna bagi
siswa. Ironis sekali, siswa diajak untuk mempelajari asal-usul daerah
lain, namun tidak memahami asal usul daerahnya sendiri.
Guru sebagai
ujung tombak dalam pembelajaran sejarah juga tidak memiliki kemauan dan
kemampuan untuk mengembangkan materi dan metode pembelajaran, karena
guru kurang memiliki pemahaman teori dan metodologi sejarah. Disinilah
persoalan pembelajaran sejarah menjadi semakin rumit. Siswa sebagai
salah satu komponen dalam sistem pembelajaran juga merasa bosan karena
belajar sejarah hanya menghafalkan nama-nama tokoh, angka-angka tahun,
dan benda-benda peninggalan yang kusam. Oleh karena itu, perlu sekali
merubah paradigma dalam pembelajaran sejarah yang cukup memberikan
stimulus siswa untuk mempelajari sejarah, diantaranya siswa diajak
untuk mampu memparalelkan sejarah dunia dengan sejarah nasional dan
sejarah lokal dengan metode yang inovatif.
Pembelajaran sejarah lokal
di daerah tertentu pada gilirannya akan mampu mengantarkan siswa untuk
mencintai daerahnya. Kecintaan siswa pada daerahnya akan mewujudkan
ketahanan daerah. Ketahanan daerah adalah kemampuan suatu daerah yang
ditunjukkan oleh kemampuan warganya untuk menata diri sesuai dengan
konsep yang diyakini kebenarannya dengan jiwa yang tangguh, semangat
yang tinggi, serta dengan cara memanfaatkan alam secara bijaksana. Pada
saat ini, semangat yang terkandung dalam diberlakukannya Otonomi Daerah
sudah semestinya mengacu kepada kemandirian dimana masyarakatnya secara
sadar membangun dirinya menjadi manusia yang amanah dan mampu
memanfaatkan sumber daya baik manusia dan alam untuk kemaslahatan
masyarakat.Dalam konteks tersebut di atas, pembelajaran sejarah
khususnya sejarah lokal menjadi relevan.
Anak bangsa di negeri ini
sudah sewajarnya diperkenalkan dengan lingkungan yang paling dekat
yaitu desanya, kemudian kecamatan, dan kabupaten, baru tingkat nasional
dan internasional. Apabila mereka mencintai sejarah di daerahnya, maka
secara otomatis anak didik akan mengetahui tentang kearifan lokal
tentang kebudayaan di daerahnya. Sejarah lokal mempunyai arti sangat
penting bagi anak didik kita. Dengan mempelajari sejarah lokal anak
didik kita akan memahami perjuangan nenek moyangnya dalam berbagai
kegiatan kemasyarakatan. Penulis sendiri yang berasal dari Ciamis baru
mengetahui tentang adanya kearifan lokal yang masih tetap terjaga
hingga saat ini di Kampung Kuta Ciamis, juga makna dari adanya upacara
adat nyangku di Panjalu. Sudah saatnya pemerintah memasukkan sejarah
lokal sebagai kurikulum di daerahnya masing-masing, agar nantinya anak
didik menyadari dan menghargai sejarah dan kearifan kebudayaan lokal
yang ada di daerahnya.
Penulis, aktif dalam Organisasi mahasiswa daerah asal Ciamis di Jakarta (Keluarga Besar Mahasiswa Galuh Jaya) kini tengah menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan Manajemen Pendidikan.