Ketika diucapkan, Green Canyon terdengar mirip Grand Canyon. Namun
ingat, punya Indonesia adalah Green Canyon. Green Canyon terletak di
Desa Kertayasa, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.
Jaraknya kira-kira 31 km dari Pangandaran. Menurut informasi yang kami
dapat dari berbagai media, karena warna sungai yang hijau makanya
disebut Green Canyon. Tapi menurut kami pribadi, kemungkinan besar
dinamakan Green Canyon karena tebingnya yang berwarna hijau akibat
tumpukan lumut.
Sebelumnya Green Canyon bernama Cukang Taneuh
yang berarti jembatan tanah karena adanya jembatan dengan lebar 3 meter
dan panjang 40 meter yang menghubungkan dua desa yaitu Desa Kertayasa
dan Desa Batukaras.
Hari Jumat tempat wisata Green Canyon
memiliki jadwal berbeda. Jika hari biasa jadwal buka adalah jam 7 maka
pada hari Jumat kehidupan wisata di sana baru dimulai usai sholat Jumat.
Untuk menikmati Green Canyon biayanya adalah Rp. 75.000 per 5
orang. Biaya tersebut sudah termasuk perahu yang akan membawa kami
menyusuri sungai Cijulang hingga tiba di entrance atau pintu
masuk Goa Green Canyon. Tetapi jika ingin menjelajah Green Canyon lebih
jauh ke hulu, Anda harus merogoh kocek lebih dalam untuk membayar jasa
pemandu. Besarnya tergantung berapa lama Anda ingin menikmatinya.
Perjalanan dengan perahu bercadik atau ketinting menyusuri sungai Cijulang dari dermaga Ciseureuh sampai ke entrance
memakan waktu tidak lebih dari 15 menit. Sepanjang perjalanan tersuguh
pemandangan yang menakjubkan. Sungai Cijulang tampak tenang. Air sungai
tidak berwarna hijau melainkan kecokelatan. Mungkin karena belakangan
ini sering turun hujan. Meskipun begitu tetap terlihat bersih dan
mengundang siapa saja untuk menceburkan diri. Di sisi kanan dan kiri
banyak pepohonan menjulang tinggi. Diantaranya pohon nipah berjejer
dengan cantiknya.
Semakin ke arah hulu, sungai mulai menyempit
dan jejeran pepohonan mulai digantikan tebing-tebing gamping. Beberapa
air terjun kecil mulai tampak di sisi tebing. Laju perahu juga terkadang
diperlambat karena harus berhadapan dengan batuan yang mulai
bermunculan dari dalam sungai.
Bersamaan terdengar suara gemuruh,
di depan mata terlihat pintu masuk Green Canyon. Ternyata suara gemuruh
itu berasal dari air terjun setinggi kurang lebih 2 meter yang
membatasi antara air tawar dan air payau di muka goa. Kami menyebutnya
goa karena dari stalagtit yang masih tersisa di langit-langit pintu
masuk dan di tebing, dulu Green Canyon sepertinya adalah lorong goa
besar yang atapnya kemudian runtuh. Sehingga yang tampak sekarang adalah
tebing-tebing tinggi yang mengapit sungai dengan batuan-batuan tajam di
dasarnya.
Tanpa mengambil tempo, kami segera mempersiapkan diri
untuk berenang. Memakai jaket pelampung, melepaskan sendal jika dirasa
tidak layak untuk dipakai berenang, termasuk mengamankan kamera ke dalam
kotak plastik yang kami bawa. Cerita selanjutnya adalah pengalaman
berenang yang tidak terlupakan. Berbasah-basahan di sini memang sudah
terbayang sebelumnya. Tetapi jika berenang sambil melawan arus dan
dihimpit kemegahan tebing-tebing dimana canopy-canopy indah
bertengger, "wow" saja tidak cukup. Rasanya seperti mendaki gunung dan
merasakan kepuasaannya saat mencapai puncak, meski kami hanya menjelajah
Green Canyon tidak lebih dari setengahnya.
Yang seru dari
perjalanan ini bukan saja cara menuju ke Goa Green Canyon melainkan juga
cara pulangnya yang ajaib. Jika perjalanan berenang ke dalam
menghabiskan waktu hampir 1 jam, namun untuk kembali dengan cepat, cukup
melompat ke dalam sungai dan mengikuti arusnya maka Anda akan tiba 1
menit kemudian kembali di pintu masuk.
Menilai tingkat resikonya,
wisata Green Canyon tidak cocok untuk liburan keluarga yang melibatkan
anak kecil. Jika memang harus, maka disarankan hanya menyusuri sungai
Cijulang sampai ke pintu masuk Green Canyon. Orang dewasapun tetap harus
berhati-hati dengan arus sungainya.
Tidak perlu jauh-jauh ke
luar negeri untuk berwisata ke tempat yang indah. Indonesia juga punya.
Salah satunya Green Canyon dengan kemegahannya.
*) Peserta Lomba Aku Cinta Indonesia (ACI) Detik.com