myPangandaran News | Berita Pangandaran Terkini

Tak Lengkap Jika Tak Rafting di Green Canyon

pada Kamis, 11 November 2010 11:40 WIB

Cijulang, myPangandaran.com - ASYIK dan menegangkan! Itulah ungkapan yang seusai ketika kita merasakan pengalaman rafting di Green Canyon, di Desa Kertayasa, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Ciamis. Adrenalin terus dipompa setiap melalui rintangan yang ada. Dari berenang melawan arus, merambat bebatuan, hingga bersampan sembari memancing.

Untuk menuju lokasi Green Canyon, disediakan perahu di Dermaga Ciseureuh, yang letaknya sekitar 31 kilometer dari objek wisata Pantai Pangandaran. Perahu itu siap mengantarkan wisatawan dengan mengarungi Sungai Cijulang terlebih dulu, yang ditempuh sekitar 15 menit.

Sepanjang perjalanan di sungai yang memiliki lebar sekitar dua puluh meter ini, banyak pemandangan alam eksotis yang bisa dinikmati. Apalagi, sungai dengan air menghijau itu memiliki jalur yang berkelok dan berada di antara hutan lindung yang masih lebat. Namun, keindahan itu ternyata belum seberapa.

Perahu akan berhenti tepat di bawah jembatan tanah, yang sering disebut sebagai Cukang Taneuh. Pemandangan di sini lebih menakjubkan. Sungai Cijulang membelah tebing bebatuan yang makin menyempit dan menyimpan keindahan. Di sinilah tantangan yang sebenarnya.

Mulai di bawah jembatan tanah ini, percikan air dari tebing terus mengalir. Percikan air ini disebut sebagai hujan abadi karena tidak pernah berhenti. Untuk terus menempuh sungai dan masuk di antara tebing, wisatawan harus berenang. Tepat di bawah jembatan tanah, sudah ada dua tali yang dipasang untuk menahan badan wisatawan dari derasnya arus. Ini baru awal. Wisatawan yang ingin terus melanjutkan perjalanan harus didampingi pemandu dan mengenakan pelampung.

Setelah membenamkan diri ke dalam sungai, wisatawan harus berenang melawan arus dan meraih batu- batu besar. Tribun berkesempatan untuk mencoba tantangan ini, dengan dua pemandu yang berasal dari Guha Bau Body Rafting. Satu pemandu menjadi penunjuk jalan, sedangkan pemandu lainnya membawa perlengkapan kamera.

Untuk mencapai satu batu satu ke batu lainnya, kami harus melalui perjuangan yang berat. Tidak hanya berenang, tapi juga melangkah dan menempel di tebing-tebing batu. Pemandu di depan juga bersiap menarik dengan tali, saat berenang melawan arus.

Setelah menaklukkan rintangan melawan arus dan merambat di tebing selama beberapa ratus meter, ada sebuah batu besar. Batu ini berada di ketinggian sekitar lima meter, dan dari atas tebing keluar percikan air deras. Batu ini biasanya digunakan untuk berfoto. Untuk kembali melanjutkan perjalanan, wisatawan harus melompat ke sungai.

Perjalanan berakhir di Kolam Putri. Untuk menuju kolam ini, kami harus mendaki tebing sekitar tujuh meter. Kolam kecil ini adalah genangan air yang ada di tepi tebing. Airnya pun sangat dingin dibandingkan dengan air sungai.

Menurut seorang pemandu, Gunawan, air di Kolam Putri tidak bertambah ataupun berkurang. "Kalau wisatawan yang datang dari Jawa Timur dan Jawa Tengah, pasti mau mengambil air dari Kolam Putri untuk diminum. Mereka percaya air ini bisa menyembuhkan penyakit kanker dan asma," kata pria berusia 19 tahun ini. Bahkan, ada pengunjung dari Jakarta yang langsung meminum air setelah sampai di Kolam Putri.

Sejenak berada di Kolam Putri, kami akhirnya kembali menuju jembatan tanah. Untuk menuju berkumpulnya perahu itu, kami harus melalui rintangan terakhir, yaitu berenang mengikuti arus.  Lagi- lagi, tantangan ini juga memacu adrenalin karena kami harus menghindari batu di tengah sungai. Namun, pemandu siap memberitahukan di mana letak bebatuan agar bisa dihindari.

Setelah mengarungi beragam tantangan, kami menuju sebuah tempat peristirahatan di tepi  sungai. Di tempat ini, ikan bakar berikut sambal kecap menjadi santapan siang, sebelum akhirnya kembali menuju awal pemberangkatan di dermaga. Benar-benar pengalaman wisata yang tidak terlupakan.

Kawasan wisata Green Canyon di Kabupaten Ciamis ini mulai dikembangkan pada 1989. Nama Green Canyon mulai dipopulerkan turis asal Prancis dan Swiss, yang bernama Frank dan Astrid, yang datang ke Cukang Taneuh pada 1990. Letaknya berdekatan dengan Pantai Batu Karas atau sekitar 31 kilometer dari Pantai Pangandaran.

Saat ini, sudah ada puluhan perahu yang siap mengantar hingga jembatan tanah dari Dermaga Ciseureuh dengan tarif Rp 75 ribu per orang. Satu perahu maksimal memuat lima penumpang, dengan dua operator.

Mereka yang sekadar ingin menikmati Green Canyon dari jembatan tanah cukup menyewa satu perahu. Namun, bagi yang ingin melakukan rafting, ada Guha Bau Body Rafting yang siap memandu wisatawan.

"Kami siapkan satu paket per lima orang, dengan biaya Rp 875 ribu. Wisatawan akan dipandu dua orang plus makan siang, tiket masuk dan perahu, dan juga asuransi. Kami juga menyediakan kamera antiair untuk dokumentasi," ujar pengelola Guha Bau Body Rafting, Mahmudin. (Tribun)

#