myPangandaran News | Berita Pangandaran Terkini

Gembala Kambing Pakai Peluit

Oleh Nay Surya pada Rabu, 07 Juli 2010 12:23 WIB

Pangandaran,myPangandaran.com-PENAMPILANNYA mirip coboy di luar negeri. Memakai topi kulit dan rompi. Namun ia tidak ditemani kuda seperti coboy pada umumnya melainkan sepeda onthel dan seekor anjing.Begitu pula hewan yang digembalanya, bukan sapi melainkan kambing. Sementara senjatanya bukan pistol tapi sebuah peluit yang selalu menggantung di dadanya.

Lelaki itu bernama Budi Suswoyo (40), warga RT 06/02 Bulak Laut Pangandaran. Setiap hari Budi mengembala kambing-kambingnya di kawasan Pantai Pamugaran, Pangandaran.Ada yang unik dari cara Budi mengembala kambing. Selain menggunakan isyarat tangan juga menggunakan peluit untuk memberikan perintah kepada hewan peliharaannya. “Semua kambing patuh sama perintah saya,” ungkapnya kepada Radar saat ditemui di pesisir pantai.

Menurut dia, kambing-kambing tersebut hanya patuh kepada perintahnya. Jika orang lain yang memberikan perintah, kambing-kambing tersebut tidak akan menghiraukannya.Radar pun penasaran dan mencoba memberikanperintah dengan meniru isyarat seperti yang dilakukan Budi sambil membunyikan peluit. Ternyata memang benar, perintah tersebut sama sekali dihiraukan.

Biasanya, Budi mengembala kambing-kambingnya siang hari hingga menjelang sore di kawasan Pantai Pamugaran yang banyak terdapat lahan kosong dan rumput. “Alhamdulillah sepanjang pantai di sini (Pamugaran) masih banyak rumputnya. Jadi, untuk kambing, saya tidak susah-susah cari rumput,” ujarnya.

Namun, ia selalu mengawasi kambing-kambingnya agar tidak memakan tanaman yang sengaja di tanam pemerintah maupun masyarakat. Seperti pohon ketapang, borogondolo dan tanaman lainnya.Diceritakan, pekerjaan menggembala kambing sudah dilakoni sekitar 10 tahun atau sejak berumah tangga. Ia tertarik memelihara kambing setelah melihat tetangganya sukses menjadi juragan kambing. “Awalnya, saya punya enam ekor kambing, satu jantan lima betina. Alhamdulillah terus beranak sampai puluhan ekor,” tuturnya.

Dua tahun kemudian, sambung dia, jerih payahnya mengembala kambing sedikit terbayar. Sejak saat itu Budi bisa menjual kambing untuk kebutuhan keluarga. “Biasanya saya jual kambing kalau keluarga butuh biaya hidup,” tuturnya.Dalam kandang sederhana berukuran 6 x 5 meter, saat ini Budi memiliki 80 ekor kambing. Hewan itu dipeliharanya pasca-tsunami 2006. “Waktu tsunami, semua kambing hilang. Saat itu ada sekitar 26 ekor. Kebetulan waktu kejadian saya juga lagi di pantai sama kambing saya. Untung saja saya bisa menyelamatkan diri naik pohon kelapa,” ungkapnya.

Meskipun harus rela kehilangan ibunya dalam musibah tersebut, Budi masih Beruntung. Istrinya yang saat itu sedang hamil tua dan seorang putrinya berhasil selamat. “Saya masih bersyukur istri dan anak saya selamat, walaupun istri saya waktu itu harus melahirkan di tenda pengungsian,” tuturnya.

Sumber RadarTasikmalaya

#