Beralih Profesi Jadi Pemancing
Pangandaran,myPangandaran.com-
MASA paceklik ikan akibat gelombang laut yang tidak bersahabat akhir-akhir ini, bukan berarti memupus sama sekali peluang bagi nelayan untuk memperoleh penghasilan. Selain beralih profesi menjadi pekerja bangunan atau tukang ojek, sejumlah nelayan pun masih tetap menggeluti profesi mereka mencari ikan di laut. Namun, kalau sebelumnya menjaring ikan di tengah laut, kini mereka beralih menjadi pemancing cumi-cumi.
Hal itulah yang dilakukan beberapa nelayan di Batukaras Kec. Cijulang, Kab. Ciamis. Meski cumi-cumi hasil pancingannya tidak banyak, namun masih cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari.
"Daripada menganggur karena paceklik ikan, sejak beberapa hari terakhir ini, nelayan di sini (Batukaras) mulai memancing cumi-cumi. Sehari rata-rata dapat 2-3 kg cumi-cumi jenis taropong, harganya bisa sampai Rp 15.000,00 per kg. Lumayan bisa untuk beli beras," kata Ketua Rukun Nelayan Batukaras Nusawiru, Kec. Cijulang, Didi (40), Kamis (12/2).
Kegiatan memancing cumi-cumi itu dilakukan di tempat yang berjarak sekitar 500 meter hingga 1 km dari tepi pantai. Selain mendapat cumi-cumi, kadang-kadang mereka berhasil mendapat ikan baronang dan berbagai jenis ikan karang lainnya. "Kalau ikan baronang harganya masih cukup lumayan Rp 15.000,00/kg. Kadang-kadang dapat ikan bayem. Ikan yang berwarna hijau itu, kalau dijual laku Rp 10.000,00/kg," katanya.
Menurut Didi, biaya operasional memancing relatif lebih murah bila dibandingkan dengan menebar jaring di tengah laut. Untuk memancing cumi-cumi, hanya membutuhkan sekitar 1 liter bahan bakar minyak, ditambah makan dan rokok serta buat beli umpan Rp 15.000,00-Rp 17.500,00.
"Waktu memancing biasanya dari pagi sampai sore. Cuma senar pancing yang kita pakai kadang-kadang juga putus kalau disambar ikan coban. Harga pancing juga lumayan mahal sampai Rp 15.000,00," katanya.
Faktor cuaca menjadi salah satu penyebab hasil tangkapan nelayan di daerah Pangandaran dan sekitarnya cenderung menurun. Selain itu, menurut Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Ciamis, Wahidin, penyebab penurunan produksi ikan itu adalah rusaknya hutan mangrove atau bakau di wilayah Batukaras, Madasari, Parigi serta semakin dangkal dan rusaknya Segara Anakan di Kab. Cilacap, Jawa Tengah.
"Kawasan hutan bakau itu sangat penting untuk ekosistem perkembangbiakan ikan dan udang. Karena hutan bakaunya rusak, dampaknya ikan juga semakin sedikit. Biasanya ikan memijah di sela akar bakau serta terumbu karang. Kalau dua habitat itu rusak, akan berdampak pada populasi ikan," ucapnya.