Wisata dan Kuliner
Catatan Liburan Mas Hari ke Pangandaran: Hari Pertama

Catatan Liburan Mas Hari ke Pangandaran: Hari Pertama

Baru sempat posting sekarang nih, tentang catatan liburan tahun lalu. Jadi ceritanya aku bersama istriku sudah merencanakan liburan akhir tahun 2010 untuk berlibur ke Pangandaran, Jawa Barat. Pangandaran adalah daerah pantai di selatan pulau Jawa yang terletak di kabupaten Ciamis. Di Pangandaran, banyak sekali objek wisata yang dapat dikunjungi, mulai dari yang terkelola oleh penduduk lokal sampai terkelola dengan baik secara profesional oleh investor dan dinas pariwisata.

Sebenarnya istrikulah yang ingin pergi ke tempat ini, aku juga baru tahu dari istriku. Aku berangkat tanggal 25 Desember 2010 dengan menggunakan bis Perkasa Jaya dari Terminal Bis Kampung Rambutan, Jakarta. Aku sudah nongkrong di terminal dari jam 17.00 tapi bis Perkasa Jaya yang AC jurusan ke Pangandaran baru masuk pukul 18.30. Istriku langsung bergegas menuju ke dalam bis begitu bisnya datang karena ingin mendapatkan kursi yang pas. Kurang lebih sejam menunggu dan bis pun sudah dipenuhi penumpang. Ada nenek yang membawa seluruh keluarganya (sepertinya cucunya) ke Pangandaran.

Bis Perkasa Jaya di Terminal Kampung Rambutan

Bis beranjak dari terminal pada pukul 19.30 tepat, kondektur bis mulai menghampiri penumpang untuk menarik uang karcis sebesar Rp 60.000 untuk satu orang. Jalur bis kami melalui tol Jakarta – Bandung kemudian lanjut ke arah Tasikmalaya.

Tiket Bis Perkasa Jaya

Sejam bis berhenti untuk istirahat, sholat dan makan malam. Kemudian melanjutkan perjalanan lagi melewati Ciamis, Banjar, dan akhirnya Pangandaran. Bis yang aku tumpangi cukup nyaman karena ada AC meskipun tanpa toilet. Hanya saja ada penumpang, yang duduk tepat dibelakangku, membawa anak kecil yang menangis bermenit-menit minta ganti bis karena tidak nyaman. Huaahhhh bikin tidurku tak enak. Untung saja ada pemutar MP3 di HPku yang bisa menutup tangisan itu.

Bis kami sampai di terminal Pangandaran pukul 03.15 dini hari. Wow pagi banget ya… begitu bis berhenti di depan terminal, kami langsung disambut oleh pengendara becak dan ojek. Aku menolak halus tawaran-tawaran yang datang dari mereka. Mereka menawarkan jasa becak dan ojek ke pantai (yang jaraknya mungkin kurang lebih setengah kilometer itu). Mereka juga menawarkan hotel-hotel yang ada di Pangandaran. Daripada kami bingung, kami memutuskan untuk nongkrong di warung kopi di depan terminal yang penuh dengan pengendara becak dan ojek. Aku lihat nenek dan keluarganya sedang tawar-menawar dengan salah satu ojek (atau lebih tepatnya mengubah profesinya seketika menjadi calo hotel dan calo mobil rental). Si Nenek setuju dengan harga Rp 300.000 untuk satu mobil dengan penumpang 5 orang. Aku dan istriku ditawari untuk bergabung agar biaya patungannya lebih murah. Aku menolak karena kami sudah punya agenda sendiri di hari itu.

Cara yang paling enak untuk bertanya adalah tanyalah kepada pihak yang tidak berkepentingan. Dia akan menjawab dengan fair dan jelas, kalau aku bertanya pada ojek maka lain jawabannya dan ada kecenderungan untuk menaikkan harga. Langkah yang kami ambil adalah mencari masjid atau musholla. Pengendara becak disana malah mengarahkanku ke Musholla di terminal bis Pangandaran. Oke, kami menuju ke sana, si bapak pengendara becak mengikuti kami sambil menunjukkan mushollanya tapi mushollanya kok kecil dan kumuh. Lalu sayup-sayup aku dengar suara orang mengaji dari masjid terdekat lalu aku putuskan untuk ke masjid saja.

Ternyata masjidnya sangat dekat dengan terminal. Masjidnya bernama Masjid Agung Pangandaran. Disana dengan leluasa kami membersihkan diri, beristirahat sejenak dan melaksanakan sholat Shubuh berjamaah. Lumayan ramai masjidnya dan banyak pengunjung / wisatawan yang berhenti sejenak di sana untuk sholat.

Masjid Agung Al Istiqomah di Pangandaran

Hanya saja ada kejadian yang mungkin membuat aku sebagai umat muslim menjadi malu dan marah. Sepatuku yang bermerk Ardiles hilang diambil oleh seseorang, untung saja sepatu itu murah karena aku beli Rp 50.000 pas waktu ada obralan di Ramayana Depok. Meskipun murah, aku suka sepatu itu karena ringan, disain bagus dan nyaman dipakai. Halah, baru datang di Pangandaran udah kena colong, hilangnya di Masjid Agung lagi. Ya sudahlah, untung aku bawa sendal jepit.

Jam 6 pagi, kami memutuskan untuk jalan menuju ke pantai. Keluar dari pintu halaman masjid, kami disambut oleh bapak pengemudi becak yang tadi, widih kami rupanya ditungguin nih, dia menawarkan mengantarkan kami ke pantai dengan harga Rp 20.000. Wihh mahal…. udah begitu becaknya gak muat buat kami berdua dan harus menggunakan 2 becak. Kalau dituruti sudah Rp 40.000 sendiri. Aku mencoba menawar Rp 30.000 untuk berdua karena aku tahu dari artikel di internet bahwa harganya standar segitu. Kalau si bapak gak mau ya aku akan jalan terus, namun akhirnya dia mau juga. Enaknya naik becak, kita tidak perlu jalan dan membayar tiket masuk di Pintu Tol (gerbang masuk pantai).

Pintu Tol / Gerbang Masuk Pantai

Tarif di Pintu Tol / Gerbang Masuk Pantai

Becak, transportasi tradisional di Pangandaran

Di pantai, banyak orang yang bermain sepak bola, berkendara ATV, bersepeda santai. Sayangnya pantainya kotor banyak sampah. Pedagang nasi kuning juga banyak yang beredar menawarkan barang dagangannya. Seporsi nasi kuning seharga Rp 3.000 dengan rasa biasa saja.

Situasi pantai Pangandaran

Berkendara dengan ATV di pantai

Bersepeda santai di jalanan pantai Pangandaran

Persewaan Papan Luncur di Pantai Pangandaran

Pedagang Keliling di Pantai Pangandaran

Di pantai juga banyak petunjuk arah jalur evakuasi dan peta mitigasi bencana alam tsunami jika seumpama ada tsunami maka pengunjung maupun penduduk tahu arah atau letak daerah yang aman dari terjangan tsunami.

Peta Mitigasi Bencana di Pantai Pangandaran

Penunjuk Arah Jalur Evakuasi

Tak lama di pantai, kami segera menuju ke Pantai Batu Karas, karena tempat penginapan kami ada disana, lumayan jauh dari Pantai Pangandaran. Saran kami, lebih baik mencari penginapan di Pantai Pangandaran, karena banyak sekali tempat penginapan, mulai dari yang super murah sampai yang mahal. Hebatnya lagi bisa ditawar kalau kita menginap saat weekday (Ingat yaa ditawar dulu). Harga yang paling murah adalah Rp 50.000 untuk model kamar biasa tanpa pendingin ruangan. Tapi kalau weekend rata-rata sulit ditawar (tapi masih bisa) dan biasanya agak penuh. Kami menginap di Java Cove Hotel, sebuah hotel terbaik menurut National Geographic di pantai Batu Karas, dan banyak wisatawan asing yang menginap disini. Tentunya harganya juga terbaik. Hahahaha. Namun kami sangat menikmatinya, mulai dari service, sleep quality, food sangat worth it. Di pantai Batu Karas ternyata banyak juga penginapan yang bagus dengan harga lokal. Jadi masih banyak pilihan dari segi biaya.

Baiklah kembali ke cerita, kami bergegas menuju ke Terminal Bis Pangandaran dengan berjalan kaki, kami tak mau naik becak lagi karena jaraknya ternyata tidak begitu jauh. Kami menyusuri jalan tol (begitulah orang setempat menamainya).

Terminal Bis Pangandaran

Lalu kami menaiki bis ke Cijulang. Perlu diketahui tidak ada angkutan umum yang menuju ke Pantai Batu Karas. Pemberhentian terakhir semua angkutan umum ada di Terminal Bis Cijulang. Selanjutnya dilanjutkan dengan menggunakan ojek. Wah baru tahu nih kita… tapi tak apalah, kami senang berpetualang. Sekedar informasi, dari Pangandaran ke Pantai Batu Karas sekitar 35 km atau 30-45 menit dengan sepeda motor.

Batu Karas, 35 km lagi

Selama perjalanan, jalan menuju Cijulang banyak lubang dan menghambat laju bis, berkali-kali badanku terguncang. Namun terakhir aku kesana pada bulan Maret 2011 sudah ada perbaikan jalan, entah sudah bagus atau kembali berlubang.

Kondisi jalan Pangandaran - Cijulang

Harus berpegangan agar tidak terguncang hebat

Jam 10.00 kami sampai di Cijulang, kami melanjutkan dengan ojek, tarif ojek setelah terjadi proses tawar menawar adalah Rp 20.000. Walaupun saat terakhir kami tahu dengan tarif Rp 15.000 mereka sudah mau mengantarkan kita ke pantai Batu Karas. Tak apalah, kami juga senang kok.

Kami menikmati perjalanan dengan menggunakan ojek karena melewati jalan kampung dan melewati Sasak Gantung yaitu sebuah jembatan gantug melewati sungai Green Canyon yang terbuat dari kombinasi bambu dan kawat baja. Ada teknik melewati Sasak Gantung dengan motor, pertama tidak boleh lebih ada 2 motor di jembatan itu secara bersamaan, kemudian harus menjaga jarak dengan motor yang ada di depannya, dan untuk meredam goyangan jembatan itu kita harus pelan-pelan mengemudikan motornya. Serem-serem menantang.

Jalan kampung menuju pantai Batu Karas, masih hijau

Sasak Gantung

Sasak Gantung

Sekitar 15 menit kami sampai di Java Cove Hotel di pantai Batu Karas. Kami disambut dengan ramah oleh staf Java Cove Hotel. Meskipun belum bisa check in, karena waktu check in jam 13.00, tapi kami diijinkan untuk menitipkan tas bawaan kami sehingga kami bisa bermain di pantai Batu Karas di depan hotel. Yippiiii…. :D

Memasuki Batu Karas

Pantai Batu Karas di depan Java Cove Hotel

Java Cove Hotel

National Geographic Traveler Hotel

Setelah menitipkan barang, kami pun bermain di pantai. Saat itu kami hanya berjalan-jalan dan juga duduk-duduk santai menikmati pantai. Kami tak ingin berbasah-basah dulu meskipun ada yang menawarkan banana boat. Kami juga bermain Internet di warnet sebelah hotel sambil menunggu pukul 13.00 untuk check in.

Suasana Pantai Batu Karas

Pantai Batu Karas cocok untuk belajar surfing

Akhirnya jam menunjukkan 13.00, maka kami segera menuju ke hotel dan mengklaim kamar kami berdua.. yeahhhh. Ngantuk sekali nih, belum beristirahat dengan nyenyak semenjak turun dari bis dari jam 03.15 tadi pagi. Alhamdulillah kamarnya sangat nyaman sehingga membuat kami tertidur lelap.

Enjoy your stay..:D

Kami makan malam di warung makan milik warga setempat, harganya harga lokal dengan banyak pilihan menu makanan laut. Kalau sudah malam hari, pantai Batu Karas sepi aman. Kalau di pantai Pangandaran rame aman. Terserah pilihan Anda menginap, di pantai Batu Karas atau di pantai Pangandaran, yang penting Anda menikmatinya.

*) Penulis adalah Blogger asal Jakarta dan Sering menulis di hprasetyo.wordpress.com



#




Anda mempunyai konten untuk ditayangkan di myPangandaran.com dan jaringannya seperti berita, opini, kolom, artikel, berita foto, video, release Perusahaan atau informasi tempat bisnis di Pangandaran. Kirimkan tulisan anda melalui Kontribusi dari Anda
Banner Header

Berikan Komentar Via Facebook

Wisata dan Kuliner Lainnya
Pepes Durian, Kuliner Unik Dari Margacinta
Pepes Durian, Kuliner Unik Dari Margacinta
Rabu, 31 Mei 2017 07:35 WIB
Pepes Durian, mmm dari namanya saja kita sudah membayangkan betapa unik rasanya bukan? Kuliner unik yang satu ini ada di desa wisata Margacinta Cijulang, destinasi yang terkenal dengan seni badud dan jembatan pongpet pelanginya serta body rafting di sungai Pangancraan dan taman reretan dengan banyak spot selfie serta flying foxnya.
Menunggu Terbentuknya Polres Pangandaran
Menunggu Terbentuknya Polres Pangandaran
Sabtu, 29 Maret 2014 11:33 WIB
Polres merupakan suatu kebutuhan di mana sebuah kabupaten terbentuk, terutamanya akan peran polres itu sendiri guna melayani kepentingan warga akan pengayoman keamanan , terutamanya dengan peran keterlibatan polres itu sendiri dengan masyarakat dan berbagai penanganan kasus-kasus yang terjadi di suatu daerah, sampai ke dalam segi pelayanan dan kepengurusan kendaraan bermotor seperti SIM, STNK, ijin keramaian, permohonan SKCK dan permohonan SKBN.
Tipologi Pantai Pangandaran
Tipologi Pantai Pangandaran
Selasa, 14 Desember 2010 09:49 WIB
Pangandaran merupakan salah satu kecamatan paling selatan di kabupaten Ciamis, Jawa Barat yang memiliki wilayah kepesisiran. Wilayah kepesisiran di Pangandaran ini secara umum telah di kembangkan sebagai daerah tujuan wisata, baik domestik maupun mancanegara.Potensi di bidang pariwisata di Pangandaran ini tidak lepas dari tipologi patai yang dimiliki oleh pesisir Pangandaran.
Mau booking hotel, penginapan, travel dan tour? call 0265-639380 atau klik disini